BELARUS (Arrahmah.id) – Sebuah kereta yang membawa pasukan dan peralatan Rusia telah tiba di Belarus di tengah kekhawatiran bahwa Moskow dapat menggunakan wilayah sekutunya untuk menyerang Ukraina dari utara.
Kementerian pertahanan Belarusia mengonfirmasi kedatangan kontingen pada Jumat (6/1/2023) dan mengatakan Presiden Alexander Lukashenko telah mengunjungi pangkalan militer tempat pasukan Rusia ditempatkan.
Dalam pertemuan tersebut, Lukashenko dan seorang perwakilan yang tidak disebutkan namanya dari tentara Rusia membahas latihan militer bersama kedua negara, katanya, seperti dilansir Al Jazeera.
Pasukan Rusia “siap untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud”, kata perwakilan itu.
Perkembangan itu terjadi setelah Belarusia, yang telah mendukung Rusia atas perangnya di Ukraina, mengatakan pada Kamis bahwa pihaknya akan menerima lebih banyak senjata dan peralatan dari tetangganya saat keduanya terus meningkatkan kerja sama militer.
Kementerian pertahanan Belarusia mengatakan tujuan pembentukan pasukan gabungan adalah “memperkuat perlindungan dan pertahanan Negara Kesatuan [Rusia dan Belarusia]”.
“Personil, senjata, peralatan militer dan khusus angkatan bersenjata Federasi Rusia akan terus tiba di Republik Belarus,” kata pernyataan itu.
Kedua negara sedang mempersiapkan latihan angkatan udara bersama, kata kementerian itu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Pemerintah Belarusia telah berulang kali mengatakan negaranya tidak akan bergabung dalam perang Rusia di Ukraina.
Tetapi Moskow mengerahkan ribuan pasukan ke wilayah Belarusia dengan dalih latihan militer sebelum melancarkan serangannya dan kemudian menyalurkan pasukan ke Ukraina ketika invasi dimulai pada 24 Februari.
Menurut Kiev, Rusia terus menggunakan wilayah udara Belarusia untuk serangan drone dan rudal.
Setiap serangan baru ke Ukraina dari Belarusia akan membuka front baru yang besar dalam perang, yang telah menewaskan puluhan ribu orang.
Lukashenko menyalahkan negara-negara Barat atas perang tersebut, menuduh mereka mencari konfrontasi dengan Rusia dan memprovokasi pertumpahan darah yang sedang berlangsung. (haninmazaya/arrahmah.id)