MOSKOW (Arrahmah.id) – Ukraina berencana untuk melakukan sebuah insiden nuklir di wilayahnya untuk menyalahkan Moskow menjelang sebuah pertemuan penting Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), demikian tudingan Rusia tanpa memberikan bukti.
Zat-zat radioaktif telah diangkut ke Ukraina dari sebuah negara Eropa yang tidak disebutkan namanya dan Kiev sedang mempersiapkan sebuah “provokasi” berskala besar, kementerian pertahanan Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Ahad (19/2/2023), lansir Al Jazeera.
“Tujuan dari provokasi ini adalah untuk menuduh tentara Rusia melakukan serangan tanpa pandang bulu terhadap fasilitas-fasilitas radioaktif yang berbahaya di Ukraina, yang menyebabkan kebocoran zat-zat radioaktif dan kontaminasi di daerah tersebut,” kata pernyataan tersebut.
Rusia telah berulang kali menuduh Kiev merencanakan operasi “false flag” dengan senjata non-konvensional yang menggunakan bahan biologis atau radioaktif. Tidak ada serangan semacam itu yang terwujud sejauh ini.
Ukraina dan sekutunya telah menepis tuduhan tersebut sebagai upaya sinis untuk menyebarkan disinformasi, dan menuduh Moskow merencanakan insiden itu sendiri dalam upaya untuk menyalahkan Ukraina.
Diskusi akan terus berlanjut
Tuduhan Moskow muncul ketika para pejabat Ukraina mendesak para politisi Amerika Serikat untuk menekan pemerintahan Presiden AS Joe Biden agar mengirimkan jet tempur F-16, dengan mengatakan bahwa pesawat tersebut akan meningkatkan kemampuan Ukraina untuk menghantam unit-unit rudal Rusia.
Lobi ini dilakukan pada akhir pekan di sela-sela Konferensi Keamanan Munich dalam pembicaraan antara para pejabat Ukraina, termasuk Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba, dan anggota Partai Demokrat dan Republik dari Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat AS.
“Mereka mengatakan kepada kami bahwa mereka ingin [F-16] untuk menekan pertahanan udara musuh sehingga mereka dapat membawa pesawat tak berawak mereka di luar garis depan Rusia,” kata Senator Mark Kelly, mantan astronot yang menerbangkan pesawat tempur Angkatan Laut AS dalam pertempuran.
Biden bulan lalu mengatakan “tidak” ketika ditanya apakah dia akan menyetujui permintaan Ukraina untuk membeli F-16.
Para pejabat pemerintahan Biden, yang berbicara pada Ahad (19/2), mengatakan bahwa AS harus fokus pada penyediaan senjata yang dapat segera digunakan di medan perang, daripada jet tempur yang membutuhkan pelatihan ekstensif.
Namun mereka tidak menutup kemungkinan untuk menyediakan F-16.
“Diskusi akan terus berlanjut selama beberapa pekan dan bulan ke depan,” ujar Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield kepada CNN.
Konferensi ini -yang terutama berfokus pada Ukraina- diadakan beberapa hari sebelum ulang tahun invasi Rusia pada 24 Februari. Kedua belah pihak telah terkunci dalam pertempuran sengit, sebagian besar di wilayah Donbas timur, menyusul serangkaian kekalahan Rusia.
Kelly mengatakan bahwa meskipun dibutuhkan setidaknya satu tahun pelatihan untuk menguasai semua kemampuan F-16, pilot Ukraina dapat diajari untuk melakukan “sejumlah hal dalam beberapa bulan”. (haninmazaya/arrahmah.id)