MOSKOW (Arrahmah.com) – Rusia, Cina dan Pakistan bersedia memberikan bantuan ke Afghanistan, kata kementerian luar negeri Rusia pada Selasa (19/10/2021), tetapi Moskow mengatakan pihaknya belum siap untuk mengakui pemerintah Taliban.
Janji bantuan kemanusiaan dan dukungan ekonomi datang setelah pembicaraan antara pejabat Rusia, Cina dan Pakistan, yang akan bergabung dengan perwakilan penguasa Islam Afghanistan pada pertemuan di Moskow pada Rabu (20/10), lansir Reuters.
Tetapi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Rusia menahan pengakuan untuk Taliban sambil menunggu mereka memenuhi janji yang mereka buat ketika mereka mengambil alih kekuasaan, termasuk inklusivitas politik dan etnis dari pemerintahan baru.
“Pengakuan resmi terhadap Taliban tidak sedang dibahas untuk saat ini,” kata Lavrov kepada wartawan. “Seperti kebanyakan negara berpengaruh lainnya di kawasan ini, kami berhubungan dengan mereka. Kami mendorong mereka untuk memenuhi janji yang mereka buat ketika mereka berkuasa.”
Pada pertengahan Agustus, pemerintah Afghanistan runtuh ketika Amerika Serikat dan sekutunya menarik pasukan setelah 20 tahun berada di sana, memimpin Taliban untuk merebut kekuasaan dalam serangan kilat.
Rusia, yang melakukan perangnya sendiri yang membawa malapetaka di Afghanistan dari 1979 hingga 1989, mencoba mengambil inisiatif diplomatik untuk menghindari ketidakstabilan di kawasan yang dapat merusak kepentingannya. Secara khusus dikhawatirkan militan Islam merembes ke bekas republik Soviet di Asia Tengah, wilayah yang dilihat Moskow sebagai penyangga pertahanan.
Pejabat Rusia lainnya telah meredam ekspektasi untuk pembicaraan hari Rabu. Amerika Serikat mengatakan tidak akan bergabung dalam putaran ini tetapi berencana untuk melakukannya di masa depan.
Zamir Kabulov, perwakilan khusus Presiden Vladimir Putin di Afghanistan, mengatakan pekan lalu bahwa dia tidak mengharapkan ada terobosan besar dalam pembicaraan tersebut.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menggambarkan mereka sebagai “upaya untuk mengetahui apa yang akan terjadi di Afghanistan ke depan.” (haninmazaya/arrahmah.com)