MOSKOW (Arrahmah.id) – Rusia menggunakan rudal yang tidak akurat dari era soviet untuk lebih dari 50 persen serangannya di Ukraina, dan tingkat serangan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dua minggu terakhir, kata seorang brigadir jenderal di angkatan bersenjata Ukraina.
Rudal Rusia telah mencapai berbagai sasaran di Ukraina dalam beberapa hari terakhir, termasuk menewaskan sedikitnya 18 orang di sebuah pusat perbelanjaan di pusat kota Kremenchuk, lansir Al Jazeera (30/6/2022).
Brigadir Jenderal Oleksii Hromov mengatakan pada konferensi pers pada Kamis (30/6/2022) bahwa Rusia berusaha untuk menyerang militer dan infrastruktur penting, tetapi penggunaan rudal era Soviet lama yang kurang akurat menyebabkan hilangnya nyawa warga sipil secara signifikan.
Brigadir jenderal mengatakan 202 rudal telah ditembakkan ke Ukraina pada paruh kedua Juni, meningkat 120 dari paruh pertama bulan itu. Dia memperkirakan bahwa 68 situs sipil telah dihantam pada paruh kedua bulan ini.
Analisisnya menyimpang dari beberapa politisi Ukraina yang menuduh Rusia sengaja menyerang warga sipil untuk menabur kepanikan.
“Target musuh tetap fasilitas militer, infrastruktur dan industri penting, jaringan transportasi. Pada saat yang sama, penduduk sipil menderita kerugian yang signifikan karena serangan [yang tidak tepat sasaran],” kata Hromov.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut serangan pada Senin di pusat perbelanjaan Kremenchuk sebagai serangan “teroris” yang disengaja dan para pemimpin Barat serta Paus Fransiskus bergabung dengannya untuk mengutuknya.
Rusia, yang menginvasi Ukraina pada 24 Februari, membantah menargetkan warga sipil dan mengatakan hanya menyerang infrastruktur militer.
Awal bulan ini, kementerian pertahanan Inggris mengatakan bahwa pesawat pembom Rusia kemungkinan telah meluncurkan lusinan rudal era 1960-an yang berat terhadap sasaran di darat di Ukraina.
Rusia kemungkinan terpaksa menggunakan rudal berbobot 5,5 ton karena kekurangan rudal modern yang lebih presisi, kata kementerian Inggris.
Rudal Kh-22 terutama dirancang untuk menghancurkan kapal induk menggunakan hulu ledak nuklir. Ketika rudal tersebut digunakan untuk menyerang target di darat dengan hulu ledak konvensional, mereka “sangat tidak akurat dan karena itu dapat menyebabkan kerusakan parah dan korban jiwa”, kata kementerian tersebut. (haninmazaya/arrahmah.id)