MOSKOW (Arrahmah.com) – Rusia pada Senin (5/4/2021) menyatakan dukungan untuk otoritas Yordania dan Raja Abdullah II setelah dugaan upaya kudeta.
“Moskow terus memantau situasi di Yordania,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.
“Kami menyatakan dukungan kami untuk upaya otoritas sah Yordania dan Raja Abdullah II Bin Al-Hussein secara pribadi… Kami menegaskan kesiapan kami yang berkelanjutan untuk terus bekerja sama dengan Amman demi memperkuat hubungan Rusia-Yordania yang secara tradisional bersahabat untuk kepentingan rakyat kami dan untuk kepentingan perdamaian dan keamanan di kawasan Timur Tengah,” tambah kementerian itu.
Pada Sabtu (3/4), mantan Putra Mahkota Yordania Hamzah bin Al-Hussein dan Bassem Ibrahim Awadallah, mantan kepala Pengadilan Kerajaan Yordania, dilaporkan ditahan bersama dengan sekitar 20 orang lainnya dengan alasan bahwa mereka “mengancam stabilitas Yordania”.
Dalam sebuah pernyataan, Ketua Kepala Staf Gabungan Yordania Mayor Jenderal Yousef Huneiti membantah bahwa mantan putra mahkota ditahan atau menjadi tahanan rumah, tetapi menegaskan bahwa dia diminta untuk menghentikan kegiatan yang ditujukan untuk menargetkan keamanan dan stabilitas Yordania.
Namun, pangeran muncul dalam sebuah video yang mengatakan bahwa dia sedang dalam tahanan rumah dan dituduh menjadi bagian dari pertemuan yang mengkritik raja, yang dia bantah dengan keras.
Pangeran Hamzah, 41, adalah saudara tiri Raja Abdullah II dan putra tertua mendiang Raja Hussein bin Talal.
Ia dinyatakan sebagai putra mahkota pada 7 Februari 1999, tetapi digantikan pada 28 November 2004 oleh putra tertua Raja Abdullah II, Hussein bin Abdullah. (Althaf/arrahmah.com)