MOSKOW (Arrahmah.id) — Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan fase baru pertempuran di Ukraina telah dimulai. Dia mengatakan fase ini akan menjadi ‘momen yang sangat penting dari seluruh operasi khusus ini’.
“Operasi di timur Ukraina ini bertujuan seperti yang diumumkan sejak awal untuk sepenuhnya membebaskan republik Donetsk dan Luhansk,” kata Lavrov dalam wawancara video eksklusif dengan India Today seperti dilansir dari CNN (19/4/2022).
“Tahap lain dari operasi ini sedang dimulai dan saya yakin ini akan menjadi momen yang sangat penting dari seluruh operasi khusus ini,” sambungnya.
Ketika ditanya berulang kali apakah Rusia berencana untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina, Lavrov mengatakan tuduhan itu datang dari pihak Ukraina dan khususnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Rusia, katanya, secara historis menentang penggunaan senjata nuklir.
“Kami tidak pernah menyebutkan tentang ini,” kata Lavrov, merujuk pada komentar yang dibuat oleh Zelensky yang menuduh Rusia mungkin menggunakan senjata nuklir di Ukraina.
Ketika ditanya pertanyaan yang sama lagi, Lavrov mengatakan: “Ketika Uni Soviet dan AS pada tahun 1987, Gorbachev dan Reagan memutuskan bahwa mereka memiliki tanggung jawab khusus untuk perdamaian di planet ini, mereka menandatangani deklarasi serius bahwa tidak ada pemenang dalam perang nuklir dan oleh karena itu perang nuklir tidak boleh diluncurkan”.
Menanggapi pertanyaan tentang kematian warga sipil di Ukraina dan meminta pertanggungjawaban pasukan militer Rusia atas kemungkinan pelanggaran, Lavrov mengatakan, “Kami memiliki undang-undang kami, yang melarang militer untuk melakukan apa pun yang tidak diizinkan berdasarkan hukum humaniter internasional,” ujarnya.
“Setiap pelanggaran adalah benar-benar terdaftar dan diselidiki,” sambungnya.
Dia juga mengatakan laporan tentang kekejaman yang dilakukan oleh pasukan Rusia di Bucha ‘dipentaskan dan dimainkan’.
Ketika ditanya tentang apa yang sebenarnya terjadi pada kapal penjelajah Rusia Moskva, Lavrov memberikan jawaban kepada Kementerian Pertahanan Rusia. (hanoum/arrahmah.id)