MOSKOW (Arrahmah.com) – Rusia dan Amerika Serikat sudah mulai menyusun perjanjian baru ‘reduksi’ persenjataan nuklir, sebagaimana yang dilaporkan dalam pernyataan kementrian luar negeri Rusia pada hari Sabtu (5/9).
“Kedua belah pihak sudah mulai mengerjakan poin-poin spesifik untuk perjanjian yang akan datang, dan keduanya bersepakat kerja sama kali ini akan dilakukan oleh tim khusus,” ungkap pernyataan yang dikeluarkan oleh kementrian luar negeriitu.
Kedua negara menutup putaran kelima percakapan mereka dengan perjanjian ‘reduksi’ persenjataan di Genewa 2 September lalu.
Juru bicara kementrian luar negeri, Andrei Nesterenko, mengatakan pada Kamis (3/9) bahwa percakapan selanjutnya akan diadakan di Genewa pada 21 September mendatang.
Selama pertemuan, negosiator dari kedua negara mendiskusikan parameter atas perjanjian yang baru serta memformulasikan diksi yang tepat agar kedua presiden AS dan Rusia dengan mudah menyepakatinya, kata Nesterenko.
Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, dan Barack Obama, sebelumnya pada bulan Juli lalu di Moskow, sepakat untuk memperbaiki perjanjian pengurangan persenjataan strategis (START I).
START I, yang ditandatangani pada tahun 1991 dan berakhir pada bulan Desember tahun ini, membatasi sedikitnya 6.000 unit senjata nuklir strategis yang dimiliki AS dan Rusia dan membolehkan masing-masing negara untuk saling memeriksa persenjataan satu sama lain.
Hingga saat ini belum jelas kata ‘reduksi’ yang dipakai untuk menamai perjanjian tersebut akan dibawa ke arah yang mana, mengingat di samping berseberangan secara ideologi, baik AS maupun Rusia merupakan negara yang sangat ambisius dengan kepentingannya masing-masing, dan tentunya sama-sama merupakan negara yang terang-terangan menjajah negeri-negeri muslim. (althaf/xinhua/arrahmah.com)