MOSKOW (Arrahmah.com) – Rusia telah memutuskan untuk membuka kembali kedutaan besarnya di Libya meskipun kantor utamanya untuk sementara akan berbasis di negara tetangga Tunisia, kata kantor berita Interfax mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov pada hari Jumat (3/7/2020), lapor Reuters.
Libya telah terpecah sejak 2014, dengan pemerintah yang diakui secara internasional berbasis di ibukota, Tripoli, dan barat laut sementara pemimpin militer Khalifa Haftar di kota kedua negara itu, Benghazi, memerintah di timur.
Rusia mengevakuasi para diplomatnya dari Libya pada Oktober 2013 setelah sebuah faksi bersenjata menyerang kedutaan besarnya di Tripoli.
Lavrov, berbicara pada pertemuan dengan pembicara parlemen timur pro-Haftar Aguila Saleh di Libya, menegaskan kembali keinginan Rusia untuk menghentikan permusuhan di Libya dan awal dialog politik.
“Kami mengambil keputusan untuk membuka kembali kedutaan Rusia di Libya, yang pada tahap ini akan dipimpin oleh Charge d’Affaires Jamshed Boltaev,” katanya. “Dia sementara akan berbasis di Tunisia, tetapi saya ingin menekankan bahwa fungsinya termasuk mewakili Rusia di seluruh wilayah Libya.”
Lavrov juga mengatakan gencatan senjata dalam konflik Libya, yang diusulkan oleh Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi bersama Haftar di Kairo pada 6 Juni, dapat bekerja berdampingan dengan keputusan yang diambil pada konferensi internasional di Berlin mengenai situasi di negara Afrika Utara yang kaya minyak ini. (Althaf/arrahmah.com)