MOSKOW (Arrahmah.id) — Kementerian Pertahanan Rusia merilis data jumlah “tentara bayaran asing” yang tewas saat berperang untuk Ukraina sejak Februari 2022 – termasuk warga negara Indonesia.
Dalam data tersebut, yang juga dirilis Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, sebanyak 10 warga negara Indonesia telah bergabung dengan militer Ukraina dan empat di antara mereka telah tewas “dihabisi” Rusia.
Data itu juga menyebut sedikitnya 13.387 “tentara bayaran” telah bertolak ke Ukraina untuk bertempur demi Kyiv. Dari jumlah itu, sebanyak 5.962 di antara mereka dikonfirmasi telah tewas dibunuh.
Rusia mengeklaim Polandia merupakan negara dengan jumlah “tentara bayaran” terbesar, yaitu 2.960 orang. Lebih dari separuhnya, sekitar 1.497 orang, tewas dalam pertempuran.
Adapun Amerika Serikat (AS) adalah negara pengirim prajurit asing terbesar kedua, sekitar 1.113 orang. Setidaknya 491 orang di antara mereka telah tewas, menurut perkiraan militer Rusia, yang dikutip media Russia Today (13/3/2024).
Penggunaan warga negara asing untuk bertempur telah dilakukan Ukraina sejak Rusia menginvasi wilayah mereka pada Februari 2022.
Pada 27 Februari 2022, atau tiga hari setelah Rusia menginvasi Ukraina, Presiden Volodymyr Zelensky berseru kepada khalayak internasional untuk datang ke Ukraina dan angkat senjata melawan pasukan Rusia. Zelensky juga mengumumkan pembentukan legiun relawan internasional.
Kementerian Pertahanan Ukraina mengeklaim bahwa pihaknya telah menerima “ribuan” permintaan dari calon relawan di berbagai negara dan latar belakang, mulai dari prajurit veteran hingga koki restoran.
Dua tahun kemudian, pada 21 Februari 2024, Zelensky menandatangani dekrit yang membolehkan warga asing bergabung dengan Garda Nasional – asalkan warga asing tersebut telah mengantongi izin bermukim secara legal.
Garda Nasional Ukraina adalah sayap militer yang diperintah Kementerian Dalam Negeri. Warga asing bisa menjadi anggota Garda Nasional hanya jika mereka bergabung secara sukarela.
Saat ini, berdasarkan laporan Washington Post yang mewawancarai sejumlah pejabat Ukraina, terdapat sekitar 20.000 warga asing yang menjadi anggota legiun asing Ukraina.
Mereka berasal dari 55 negara, menurut juru bicara Legiun Internasional Ukraina Damien Magrou.
Menurutnya, jumlah terbesar dalam legiun tersebut adalah orang Amerika dan Inggris, disusul oleh orang Polandia dan Kanada, serta perwakilan dari berbagai negara.
Menjawab pertanyaan tentang pendanaan, Magrou mengatakan Legiun Internasional adalah bagian dari Angkatan Bersenjata Ukraina dan dibiayai dari anggaran pertahanan.
“Ini berlaku untuk semua biaya hidup, gaji para petempur, senjata dan amunisi. Kami memiliki dana amal tambahan dari donor swasta, terutama dari Barat,” papar Magrou.
Di pihak lain, Rusia juga aktif merekrut orang-orang dari luar negeri serta pasukan bayaran Wagner untuk menyerang Ukraina.
Kremlin telah merekrut hingga 15.000 penduduk Nepal untuk berperang di Ukraina, menurut laporan CNN.
Berbagai media, termasuk New York Times, melaporkan bahwa warga Sierra Leone, Georgia, Kuba, dan Suriah juga ikut menginvasi Ukraina. Namun, belum diketahui apakah ada warga Indonesia yang bertempur untuk Rusia. (hanoum/arrahmah.id)