GARUT (Arrahmah.com) – Gerakan menghafal Al Qur’an kini sudah menggema. Anak-anak sudah mulai menggemari hafalan Al Qur’an mengingat mereka berada dalam usia emas pertumbuhan. Lalu bagaimana dengan para orang tua yang sudah memasuki usia tua?
Menghafal Alqur’an ternyata tidak memandang usia. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran Rumah Tahfidz Husnul Khatimah, Garut, Jawa Barat yang berisi ibu-ibu yang sudah berumur.
“Namanya juga ibu-ibu berumur pula, jadi memang harus dimaklumi hafalannya lupa-lupa ingat,” ujar pendiri dan guru RT Husnul Khatimah, ustadzah Hasanah.
Meskipun berkali-kali lupa dan kembali berkali-kali menghafalkan. Ustazah Hasanah, tak pernah sekali pun dari mereka mengeluh. Ia menuturkan, para ibu-ibu tersebut punya keyakinan jika belajar Qur’an bukan untuk sekali seumur hidup. “Melainkan terus sepanjang hidup,” kata dia.
Semangat juang itu memang terasa pada jamaah Rumah Tahfidz Husnul Khatimah yang berlokasi di Jl Cipanas no 49 RT/RW 01/05 Desa Langensari, Kec Tarogong Kaler, Kab Garut. Sekitar 40 jamaah ibu-ibu muda hingga usia senja bersemangat untuk belajar dan menghafal Al Qur’an. Bahkan, tak jarang ada yang membawa serta putra-putri mereka yang masih balita.
Alhamdulillah, ia menuturkan, berawal dari rutinitasnya menyetorkan hafalan via Qur’an Call PPPA Daarul Qur’an dua tahun yang lalu. Mulai dari menyetorkan hafalan, muncullah keinginan untuk mendirikan rumah tahfidz. Ia merasa, meski sudah setor hafalan tiap hari, masih terasa ada yang kurang. “Saya merasa jika menghafal bersama-sama akan lebih bersemangat.”
Mulai dari sana, keinginan membuat rumah tahfidz semakin besar. Bermula mengajak teman pengajian ia memulai kegiatan belajar dan menghafal di rumah sederhananya. Kemudian, seiring berjalannya waktu, semakin bertambah jamaah yang ikut serta hingga sekitar 40 orang. “Setengan dari mereka sudah usia lanjut,” ungkapnya.
Dia mengungkapkan, ada saja hambatan saat semuanya telah berjalan dengan baik. “Dari dilarang aktif karena tidak ada dasar hukumnya hingga disebut aliran sesat.” Kabar itu, membuat beberapa santri ibu-ibu mulai menghilang dari rutinitas Rumah Tahfidz Husnul Khatimah.
Ustazah Hasanah bersyukur, kehadiran PPPA Daarul Qur’an r yang mendukung penuh berjalananya rumah tahfidz membuatnya kembali bersemangat. Sejak itu lahirlah Rumah Tahfidz Husnul Khatimah.
“Soal nama, kami berhartap setiap jamaah di sana dapat meninggal dengan husnul khatimah, karena selama apa pun seorang manusia hidup akan kembali kepada Allah SWT melalui kematian,” jelas dia.
Saat ini, kata ia, jamaah yang ada terbagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok memiliki materi yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Mengingat, tak hanya mengaji dan menghafalkan saja, tetapi menyampaikan pula pemahaman fiqih, akhlak, tauhid dan akidah. “InsyaAllah, dengan begitu, pribadi diri kita seimbang dengan yang dihafalkan,” ujarnya.
Selain rutin setiap pekannya, ada pula kegiatan tahunan yaitu agenda muhasabah bersama. Kegiatan yang diisi dengan mengkaji Al Qur’an lebih dalam, kemudian dilanjutkan dengan mabit dan shalat tahajud, muhasabah hingga Shubuh berjamaah.
Semua kegiatan itu dilakukan di Rumah Tahfidz Husnul Khatimah yang masih ia sewa. Meskipun di rumah sewa yang sederhana, Ustazah Hasanah mengaku tak pernah risau soal keberlanjutan Rumah Tahfidz Husnul Khatimah.
“Biaya sewa semua saya pasrahkan sama Allah,” ujarnya.
Salah seorang jamaah, Ina, mengaku memang sengaja membawa anaknya yang berusia lima tahun ikut serta saat pengajian di Rumah Tahfidz. Ia ingin sang anak sudah terbiasda dengan bacaan Alqur’an sedari dini.
“Meskipun kami membawa serta anak-anak kami, insya Allah pelajaran yang disampaikan baik itu dalam bentuk kajian tahsin maupun hafalan kami perhatikan,” kata dia.
Pengiirim: Hilya Okairi ([email protected])
(azmuttaqin/arrahmah.com)