HOMS (Arrahmah.com) – Bukannya memberikan pertolongan medis, rumah sakit-rumah sakit di propinsi Homs menjadi ‘rumah pejagalan’ bagi ratusan pasien yang terluka akibat 26 hari bombardir militer rezim Nushairiyah Suriah.
Para saksi mata menuturkan bahwa para dokter dan perawat di rumah sakit-rumah sakit di Homs telah menjalin kerja sama dengan pihak militer dan intelijen rezim Suriah. Sesuai perintah rezim Suriah, para korban luka dalam demonstrasi dan bombardir wajib ‘diseret’ ke rumah sakit-rumah sakit militer. Di sana, mereka mengalami penyiksaan biadab. Banyak di antara mereka cacat seumur hidup atau gugur akibat penyiksaan keji.
Sebuah video yang diambil oleh seorang pegawai rumah sakit yang disembunyikan identitasnya menunjukkan para pasien dengan mata dibalut, kaki dan tangan dirantai ke ranjang, dengan sekujur badan penuh luka bekas cambukan rotan dan penyetruman dengan kabel listrik.
Pegawai rumah sakit itu menuturkan bahwa ia beberapa kali berusaha untuk mencegah ‘penyiksaan biadab’ di rumah sakit tempat ia bekerja. Pada akhirnya ia melarikan diri dengan penuh kengerian dan tidak mau bekerja lagi di rumah sakit tersebut.
“Saya telah melihat orang-orang yag ditangkap itu mengalami penyiksaan keji. Mereka disetrum dengan kabel aliran listrik, dipukuli dengan rotan dan dipatahkan kakinya. Beberapa di antaranya digantung dengan posisi kedua kaki di atas, dipukuli, hingga patah-patah tulang betisnya. Saya juga melihat mereka menarik kepala orang-orang yang ditangkap itu dan membentur-benturkannya ke tembok. Para pasien juga diikat ke ranjang dengan rantai besi dan tidak diberi minum,” tuturnya seperti dilaporkan oleh stasiun TV Al-Arabiya, Senin (5/3/2012).
(muhib al-majdi/arrahmah.com)