JAKARTA (Arrahmah.id) – Komisi VI DPR RI mendorong evaluasi menyeluruh terhadap perusahaan farmasi Kimia Farma (KAEF) yang mengalami kerugian Rp1,48 triliun sepanjang 2023 atau membengkak 678 persen dari kerugian 2022.
“Ya jelas. Kalau soal evaluasi harus menyeluruh,” kata Anggota Komisi VI DPR RI Amin AK saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (4/6).
Menurut Amin, perusahaan BUMN harus transparan kepada publik mengenai capaian dan hal-hal yang terjadi di dalam usaha membantu negara.
“Transparansi akuntabilitasnya, pertanggungjawabannya, fairness-nya, keadilannya, gitu kan semua harus diterapkan benar-benar. Selama itu hanya jadi slogan ya memang berat,” sesal politikus PKS ini.
Atas dasar itu, Amin berharap bahwa kasus yang dialami Kimia Farma tersebut tidak ada yang namanya fraud atau penipuan.
“Kalau kita bicara bicara fraud kan bicara sesuatu yang paling mendasar. Tidak amanah ini orang tidak layak. Saya kira sebagian besarnya lebih pada kasus moralitas. Bukan kasus yang terkait dengan soal kompetensi,” pungkas Amin.
Perusahaan industri farmasi Kimia Farma (KAEF) mencatatkan kerugian sebesar Rp1,48 triliun sepanjang 2023. Angka itu membengkak 678 persen dari kerugian 2022 yang tercatat sebesar Rp190,47 miliar.
Akibatnya, rugi per saham dasar terjun bebas ke level Rp267,11 dari sebelumnya hanya Rp34,25.
Penjualan bersih dilaporkan Rp9,96 triliun, melonjak 7,90 persen dari posisi sama tahun sebelumnya sebesar Rp9,23 triliun.
Laporan keuangan yang dikutip Sabtu (1/6) juga mencatat beban pokok penjualan sebesar Rp6,86 triliun, bengkak dari akhir 2022 senilai Rp5,45 triliun.
Beban usaha Rp4,66 triliun, melonjak dari sebelumnya yaitu Rp3,44 triliun. Rugi usaha tercatat Rp1,57 triliun, meningkat 420 persen dari posisi sama tahun lalu surplus Rp497,04 miliar.
Beban keuangan Rp622,81 miliar, bengkak dari Rp525,60 miliar. Penghasilan keuangan Rp25,44 miliar, melejit dari Rp12,16 miliar.
Rugi sebelum pajak Rp2,16 triliun, nyungsep 1.250 persen dari edisi sama tahun sebelumnya Rp16,39 miliar. Rugi tahun berjalan Rp1,82 triliun, bengkak dari Rp126,02 miliar.
Jumlah ekuitas Rp6,39 triliun, anjlok dari episode akhir tahun sebelumnya Rp8 triliun. Defisit Rp2,15 triliun, bengkak dari akhir 2022 senilai Rp1,02 triliun.
Total liabilitas Rp11,19 triliun, berkurang dari akhir tahun lalu Rp11,79 triliun. Total aset Rp17,58 triliun, menukik dari Rp19,79 triliun.
(ameera/arrahmah.id)