DAMASKUS (Arrahmah.id) — Israel membombardir kedutaan Iran di ibukota Suriah pada Senin (1/4/2024) dan menewaskan 11 orang, termasuk tujuh penasihat militer dan tiga jenderal senior.
Aksi tersebut merupakan peningkatan nyata dalam perang yang mempertemukan Israel melawan musuh-musuh regionalnya.
Para pekerja darurat memanjat puing-puing bangunan yang hancur di dalam kompleks diplomatik, berdekatan dengan gedung utama kedutaan. Kendaraan darurat diparkir di luar, dan sebuah bendera Iran digantung di tiang dekat puing-puing.
Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri Suriah keduanya terlihat di lokasi kejadian.
“Kami mengutuk keras serangan teroris keji yang menargetkan gedung konsulat Iran di Damaskus dan menewaskan sejumlah orang tak berdosa,” kata Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad, dilansir Reuters (1/4).
Israel telah lama menargetkan instalasi militer Iran di Suriah dan proksinya, dan telah meningkatkan serangan tersebut bersamaan dengan kampanyenya melawan kelompok perlawanan Palestina Hamas yang didukung Iran di Jalur Gaza.
Sejak perang Gaza dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, militer Israel telah meningkatkan serangan udara di Suriah terhadap Korps Garda Revolusi Islam Iran dan kelompok Syiah Hizbullah Lebanon yang didukung Iran. Keduanya mendukung rezim pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Adapun serangan ini adalah pertama kalinya Israel menyerang kompleks kedutaan besar itu.
Israel biasanya tidak membahas serangan yang dilakukan pasukannya terhadap Suriah. Ketika ditanya mengenai serangan tersebut, juru bicara militer Israel mengatakan: “Kami tidak mengomentari laporan di media asing.”
Duta Besar Iran untuk Suriah Hossein Akbari, yang tidak terluka, mengatakan kepada TV pemerintah Iran bahwa lima hingga tujuh orang, termasuk diplomat, tewas dan tanggapan Teheran akan “keras”.
Garda Revolusi Iran mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tujuh penasihat militer tewas dalam serangan itu termasuk Mohammad Reza Zahedi, seorang komandan senior Pasukan Quds IRGC, yang merupakan pasukan elit spionase dan paramiliter asing.
Media pemerintah Iran mengatakan bahwa Teheran yakin Zahedi adalah sasaran serangan itu. Wakilnya dan komandan senior lainnya juga tewas bersama empat orang lainnya.
Televisi Al Alam berbahasa Arab Iran menyebutkan Zahedi merupakan penasihat militer di Suriah yang menjabat sebagai panglima Pasukan Quds di Lebanon dan Suriah hingga tahun 2016.
The New York Times mengutip empat pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya mengakui bahwa Israel yang melakukan serangan itu.
Mengutip sumber militer, media pemerintah Suriah mengatakan Israel melancarkan serangan dari Dataran Tinggi Golan yang diduduki ke kedutaan Iran, dan Suriah menembak jatuh beberapa rudal dengan sistem pertahanan udaranya.
Duta Besar Iran mengatakan serangan itu menghantam gedung konsulat di dalam kompleks kedutaan dan kediamannya berada di dua lantai teratas.
Gedung Putih tidak segera membalas permintaan komentar. Juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers reguler bahwa Amerika Serikat tetap “prihatin terhadap segala sesuatu yang dapat meningkatkan eskalasi atau menyebabkan peningkatan konflik di wilayah tersebut.”
Miller mengatakan dia tidak memperkirakan hal ini akan berdampak pada pembicaraan mengenai pembebasan sandera Israel yang ditahan oleh Hamas yang didukung Iran.
Juru bicara Hamas dan Houthi, kelompok Syiah yang didukung Iran dan telah menyerang kapal-kapal di Teluk Aden sejak pertengahan November, mengutuk serangan di Damaskus.
Pada hari Jumat, Israel melancarkan serangan paling mematikan dalam beberapa bulan terakhir di provinsi Aleppo, Suriah utara dan membunuh seorang pejuang senior Hizbullah di Lebanon. Mereka juga secara teratur menyerang bandara di Aleppo dan Damaskus dalam upaya menghentikan transfer senjata Iran ke proksinya.
Militer Israel mengatakan pada Senin bahwa pihaknya juga menghentikan penyelundupan senjata canggih, termasuk pecahan peluru dan ranjau anti-tank, ke Tepi Barat dari Iran.
Dikatakan bahwa senjata-senjata itu ditemukan selama operasi terhadap agen Hizbullah dan IRGC yang berbasis di Lebanon.(hanoum/arrahmah.id)