GAZA (Arrahmah.id) — Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang masih beroperasi secara terbatas berada di bawah serangan intensif pasukan Israel. Rumah sakit ini menjadi salah satu dari 3 rumah sakit di Gaza yang selama beberapa pekan terkahir menjadi bulan-bulanan pasukan IDF.
Dilansir Al Jazeera (19/10/2024), selain Rumah Sakit Indonesia, Rumah Sakit al-Awda dan Rumah Sakit Kamal Adwan yang merawat pasien dengan luka berat sekaligus menampung ribuan warga Palestina yang terlantar menjadi target serangan artileri
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan, serangan di dekat laboratorium Rumah Sakit Kamal Adwan menewaskan satu orang dan melukai beberapa lainnya.
Di lokasi berbeda, sedikitnya 11 warga Palestina tewas dalam serangan udara di kamp pengungsi Maghazi, Gaza tengah.
Selain itu, tujuh orang dilaporkan tewas dalam serangan di sebuah sekolah yang menampung pengungsi Palestina di kamp al-Shati, di barat Jabalia.
Seiring dengan eskalasi serangan, korban tewas terus bertambah. Hingga Sabtu ini, lebih dari 67 warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel di berbagai wilayah Gaza dalam 24 jam terakhir.
Sejak pengepungan dimulai dua minggu lalu, jumlah korban tewas telah melampaui 450 orang, sementara ribuan lainnya terluka.
Kondisi di Rumah Sakit Indonesia semakin memburuk setelah bagian lantai dua, lantai tiga, serta halaman rumah sakit terkena serangan, menambah jumlah korban di rumah sakit tersebut.
Sekitar 40 pasien dilaporkan terjebak di dalam rumah sakit, sementara pasukan Israel telah mengepung bangunan itu dengan tank-tanknya, seperti dilaporkan oleh Tarek Abu Azzoum dari Al Jazeera.
Di sisi lain, serangan terhadap Rumah Sakit al-Awda memutus pasokan listrik ke fasilitas tersebut, semakin memperburuk kondisi di wilayah Jabalia yang sejak 15 hari terakhir telah terputus dari pasokan makanan dan air. Warga setempat menggambarkan situasi di Jabalia semakin mencekam, dengan bau kematian tercium di setiap sudut kamp pengungsi.
“Kami terjebak oleh tank-tank Israel, dan kehancuran ada di mana-mana. Tidak ada tempat yang aman,” kata seorang saksi mata di Jabalia.
Selain rumah sakit, serangan Israel juga menyasar kawasan pemukiman dan sekolah.
Di kamp al-Nuseirat, empat warga Palestina tewas dalam serangan udara, sementara di Jabalia, korban tewas diperkirakan akan bertambah karena banyak warga yang masih terperangkap di bawah reruntuhan.
Kementerian Kesehatan Gaza memperingatkan bahwa jumlah korban jiwa masih akan meningkat, terutama karena beberapa korban yang terluka dalam kondisi kritis.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyuarakan keprihatinan mereka terkait situasi di Gaza, menuduh Israel menghalangi masuknya lebih dari 50 tenaga medis dari delapan kelompok kemanusiaan yang ingin memberikan bantuan. Ini adalah kali pertama seluruh organisasi kemanusiaan dilarang beroperasi di wilayah tersebut.
Serangan Israel diklaim bertujuan untuk menghentikan pejuang Hamas yang diduga berencana untuk melakukan serangan lanjutan. Namun, Kementerian Kesehatan Gaza menegaskan bahwa sebagian besar korban adalah warga sipil.
Rumah sakit di Gaza utara kini berada di titik kritis, dengan jumlah pasien yang terus membludak dan kekurangan pasokan medis. Petugas kesehatan telah mendesak dunia internasional untuk segera mengirimkan pasokan bahan bakar, makanan, dan obat-obatan guna mengatasi krisis kemanusiaan yang semakin parah.
Situasi di Gaza, yang dahulu dihuni oleh lebih dari setengah dari 2,3 juta penduduk wilayah tersebut, kini semakin porak-poranda. Pengepungan ini telah menyebabkan ribuan nyawa melayang, sementara harapan akan adanya bantuan kemanusiaan yang memadai masih belum terlihat. (hanoum/arrahmah.id)