JAKARTA (Arrahmah.com) – Koordinator Tim Pengacara Muslim (TPM) Mahendradatta, menilai tuduhan bahwa Rohis sebagai sarang teroris merupakan pernyataan ngawur, ia menduga ada agenda yang dimainkan oleh sekelompok orang yang berfikiran liberal dalam isu terorisme.
“Jadi, pemeberantasan terorisme sudah tidak lagi penegakan hukum, tetapi propaganda politik dari mereka yang memiliki tafsir tertentu terhadap mereka yang ingin menjadi muslim yang kaffah,” jelas Mahendratta kepada arrahmah.com, Sabtu (15/9) Jakarta.
Terkait tuduhan radikalisme dikalangan Rohis yang ia ketahui awalnya isu tersebut dimainkan oleh kelompok liberal yang tidak suka adanya pendidikan agama di sekolah. Oleh karena itu, ia mengaku terkejut ketika itu juga dimainkan oleh BNPT.
“Makin meyakinkan buat saya, ada link khusus antara BNPT dengan kaum liberalis. Jadi jangan sampai BNPT menjadi tunggangan kaum liberal hanya untuk menyebarkan fahamnya melalui isu terorisme” ujarnya
Ia juga mengaku heran, mengapa Rohis yang disebut sebagai tempat tumbuhnya terorisme, sedangkan pendidikan itu dapat dibentuk diluar sekolah dan umumnya mereka yang disebut “teroris’ itu karena meyakini adanya ketidakadilan.
“Sebagian besar orang itu dibentuk oleh lingkungan diluar sekolah, kenapa Rohis yang diserang?” tanya Mahendradatta.
Ia menegaskan kembali, bahwa penanganan terorisme yang kini bukan lagi penegakan hukum tetapi propaganda politik untuk menyebarkan ideologi tertentu telah menambah runyam penyelesaian terorisme, karena itu menjadi bentuk ketidakadilan yang baru.
” Jangan gitu lah, tidak fair. Jangan gunakan tangan aparat negara untuk menyebarkan ideologi tertentu, negara tidak boleh memihak kepada ideologi tertentu” tegas Mahendradatta.
Mahendradatta juga menawarkan bantuan hukum melalui TPM bagi aktifis Rohis dan siapa saja yang merasa dirugikan dengan tudingan tersebut.
“Silahkan laporkan ke kami, kami bisa bergerak jika ada yang menyerahkan kuasa”tutupnya.
Sebelumnya, sebuah tayangan Metro TV yang menampilkan pola rekruitmen terduga ‘teroris’ muda. Dalam tanyangan tersebut, sasaran rekruitment teroris muda dari siswa SMP dan SMA di sekolah umum. Mereka yang masuk target rekruitmen adalah siswa yang masuk organisasi di masjid-masjid sekolah. Metro TV sendiri, menyebut tayangannya tersebut bersumber dari penelitian Bambang Pranowo dari UIN Jakarta. (bilal/arrahmah.com)