(Arrahmah.com) – Revolusi rakyat yang melanda Tunisia, Mesir, dan Libya telah melengserkan para penguasa diktator boneka Barat. Meski tujuan revolusi untuk menegakkan syariat Islam di negara-negara tersebut masih jauh dari terealisasi, namun rakyat muslim telah mengambil banyak pelajaran berharga darinya.
Keberanian dan tekad bulat mereka telah bangkit untuk berjuang sampai mereka berhasil meraih tujuan mulia tersebut, walau hal itu menuntut pengorbanan yang luar biasa besar. Itulah yang kini ditunjukkan oleh revolusi muslim Suriah dan Yaman terhadap rezim diktator di kedua negara sekuler tersebut.
Syaikh Hasan bin Umar hafizhahullah dalam serial artikelnya yang bertemakan ‘Roda Islam Terus Berputar‘ dan dipublikasikan oleh Global Islamic Media Front mengaitkan fenomena tumbangnya pemerintahan diktator dengan kabar gembira dari nabi Muhammad SAW tentang akan tegaknya kembali khilafah ‘ala minhajin nubuwwah. Berikut terjemahan artikel beliau.
***
Roda Islam terus berputar (2):
Apakah nubuwah Nabi SAW akan terealisasi dan khilafah nubuwah kembali tegak pasca runtuhnya pemerintahan diktator?
Oleh:
Syaikh Husain bin Umar hafizhahullah
Segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi SAW yang tiada lagi sesudahnya. Amma ba’du…
Rasulullah SAW bersabda:
“تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ, ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا, ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ, فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ, ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا, ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا, فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ, ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا, ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً, فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ, ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا, ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةٍ. ثُمَّ سَكَتَ”
“Kenabian akan berlangsung di tengah kalian selama masa waktu yang dikehendaki oleh Allah. Allah kemudian mengangkatnya jika Dia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian khilafah ‘ala minhaj nubuwwah berlangsung selama masa waktu yang dikehendaki oleh Allah. Allah kemudian mengangkatnya jika Dia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian kerajaan yang diwariskan berlangsung selama masa waktu yang dikehendaki oleh Allah. Allah kemudian mengangkatnya jika Dia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian kerajaan yang dikatator berlangsung selama masa waktu yang dikehendaki oleh Allah. Allah kemudian mengangkatnya jika Dia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian khilafah ‘ala minhaj nubuwwah berlangsung.” Kemudian Rasulullah SAW diam.
(HR. Ath-Thayalisi, Ath-Thabari, dan al-Baihaqi dalam Minhaj an-Nubuwwah. Hadits ini dishahihkan oleh syaikh Al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah dan dihasankan oleh syaikh Al-Arnauth).
Makna kosakata:
‘aadhan: diwariskan
Jabariyatan: dengan kekuatan, paksaan, dan mengalahkan.
Hadits nabawi yang mulia ini berasal dari sumber kenabian, yang menegaskan kebenaran Nabi SAW dan bahwa apa yang beliau kabarkan:
{إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى}
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan. (QS. An-Najm (53): 4)
Dan bahwa beliau SAW:
{وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى}
dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. (QS. An-Najm (53): 3)
Nabi SAW memberitahukan, pada saat itu masa kenabian, bahwa masa kenabian beliau akan berlangsung di tengah umatnya ini sampai masa beliau wafat. Setelah itu datang masa khilafah rasyidah yang akan bertahan di tengah umat ini selama masa waktu tertentu. Kemudian Allah SWT akan mengangkat masa tersebut.
Hal itu ternyata benar-benar terjadi. Kemudian muncul masa raja ‘adhun, yaitu kerajaan yang diwariskan. Masa tersebut terjadi sejak era Mu’awiyah bin Abi Sufyan RA, saat ia mengambil baiat untuk anaknya Yazid bin Mu’awiyah padahal saat itu Mu’awiyah masih hidup. Kerajaan yang diwariskan menjadi milik Bani Umayyah, lalu menjadi milik daulah Abbasiyah sampai selesai, kemudian daulah Mamluk, dan daulah Utsmaniyah. Daulah Utsmaniyah kemudian berakhir di tangan seorang sekuleris militeris, Musthafa Kamal Ataturk. Negara-negara Eropa berperan besar dalam menjatuhkan daulah Utsmaniyah, sehingga khilafah Utsmaniyah runtuh pada bulan Maret 1924 M.
Era kerajaan yang diwariskan (monarchi) telah berakhir, digantikan oleh pemerintahan militer atas negeri-negeri Islam pada abad 20 M. Bahkan, meski pihak militer yang tidak naik ke kursi kekuasaan, namun sisa-sisa kerajaan yang diwariskan seperti Arab Saudi, Yordania, dan Maroko mempergunakan bantuan kekuatan militer yang besar, dengan peralatan dan persenjataan modern untuk memberangus pihak oposisi dan siapa pun yang membenci penguasa tersebut. Pemerintahan tersebut secara realita adalah pemerintahan dictator, meski secara nama masih berupa kerajaan yang diwariskan.
Kekuasaan sepenuhnya digenggam oleh pemerintahan-pemerintahan dictator tersebut dengan banyak metode. Metode yang paling penting adalah:
– aparat keamanan yang kuat yang menjaganya
– memberangus para oposisi
– mempergunakan media massa dan para jurnalis untuk ‘mencetak’ (membentuk) akal pemikiran rakyat sesuai kehendak para penguasa, suatu cara yang bisa disebut ‘operasi pencucian otak’. Mereka memenuhi otak rakyat dengan pemikiran-pemikiran yang mendukung para penguasa atau melalaikan rakyat dari dien Allah dan problematika-problematika umat yang paling menentukan nasib mereka, yaitu media massa memberikan porsi yang sangat besar untuk aspek seni, olahraga, lagu-lagu (music), lawakan, dan seterusnya.
– para tokoh agama yang berubah menjadi para pegawai pemerintahan. Ketika melihat kemungkaran, mereka memegang prinsip: ‘Saya tidak melihat, tidak mendengar, dan tidak mengatakan’. Mereka berperan seperti para pendeta yang menganggap suci para penguasa, bukan berperan sebagai tokoh iman yang mengingkari kemungkaran penguasa dan meluruskan kekeliruannya, bukan pula berperan sebagai pemimpin umat yang mengembalikan hak-hak umat yang hilang.
– di antara metode terpenting para penguasa diktator tersebut adalah mengikuti kemauan Barat di bidang politik dan militer, dengan mencampakkan persoalan Palestina dari realita perjuangan, karena mereka semua sibuk menjalin perdamaian dengan Israil.
Maka kekuatan militer Amerika dipersilahkan bercokol di Kuwait, Teluk, dan Arab Saudi. Sikap politik negara-negara kawasan Teluk berada di bawah paying politik Amerika. Amerika bahkan melakukan intervensi sangat dalam, sampai taraf menentukan para penguasa di beberapa negeri Islam. Para penguasa tersebut meminta bantuan kekuatan adidaya (salibis Amerika dan Eropa) ini dan mereka menindas rakyat mereka sendiri. Maka mereka layak menyandang nama ‘pemerintahan diktator’.
Kini nasib para pemerintahan diktator ini mulai sempoyongan dan hendak roboh, dengan dimulainya revolusi rakyat di Tunisia, lalu di Mesir, lalu demonstrasi-demonstrasi dan bentrokan-bentrokan terjadi di Yaman, Libya, dan lain-lain. Semuanya terjadi secara berentetan, dengan kecepatan yang mengagumkan. Semuanya memiliki kemiripan dan beraksi secara cepat.
Kita tidak melihat ada penafsiran atas berbagai kejadian ini yang lebih jujur dari penafsiran Nabi SAW, yang telah memberitahukan kepada kita bahwa pemerintahan dictator akan menguasai umat ini selama masa yang Allah kehendaki. Allah kemudian akan mengangkatnya jika Allah telah menghendakinya.
Kini kita melihat dengan jelas permulaan hilangnya pemerintahan diktator, dengan izin Allah. Jika pemerintahan diktator telah hilang, niscaya akan digantikan oleh fase khilafah yang berjalan di atas minhaj (metode) kenabian, seperti yang telah diberitahukan oleh nabi Muhammad SAW.
***
Namun di sini ada pertanyaan yang akan kita ringkas sebagai berikut:
Apakah khilafah ‘ala minhaj nubuwah yang disebutkan dalam hadits tersebut adalah kekhilafahan imam Mahdi ataukah khilafah sebelum imam Mahdi yang akan tegak, kemudian rusak, baru setelah itu muncul imam Mahdi?
Masing-masing kemungkinan itu bisa saja terjadi. Karena Nabi SAW dalam sebuah riwayat hadits memberitakuan kepada kita tentang imam Mahdi:
“Ketika seorang khalifah mati, niscaya akan terjadi perselisihan sehingga seorang laki-laki berlindung pada baitullah (Ka’bah).”
(Catatan penerjemah: Lafal selengkapnya adalah:
يَكُونُ اخْتِلَافٌ عِنْدَ مَوْتِ خَلِيفَةٍ ، فَيَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ هَارِبًا إِلَى مَكَّةَ ، فَيَأْتِيهِ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ فَيُخْرِجُونَهُ وَهُوَ كَارِهٌ ، فَيُبَايِعُونَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ ، وَيُبْعَثُ إِلَيْهِ بَعْثٌ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ
“Ketika seorang khalifah meninggal, maka terjadi perselisihan sehingga seorang laki-laki penduduk Madinah melarikan diri ke Makah. Maka beberapa orang shalih penduduk Makkah mengeluarkannya dan membaiatnya di antara rukun Yamani dan Maqam Ibrahim, padahal ia tidak senang dibaiat…”(HR. Abu Daud, Ahmad, Ma’mar bin Rasyid, Ishaq bin Rahawaih, Ibnu Hibban, Abu Ya’la, Abu Amru ad-Dani, dan Ath-Thabarani).
Hadits-hadits yang lain telah menafsirkan bahwa orang yang berlindung di Ka’bah adalah imam Mahdi, yang akan dibaiat di antara Rukun Yamani dan Maqam Ibrahim, padahal ia tidak ingin dibaiat. Zhahir hadits tersebut menunjukkan bahwa sebelum kemunculan imam Mahdi akan tegak khilafah. Hal ini dikuatkan oleh hadits lainnya yang menyebutkan bahwa sebelum kemunculan imam Mahdi:
يَقْتَتِلُ عِنْدَ كَنْزِكُمْ ثَلَاثَةٌ ، كُلُّهُمُ ابْنُ خَلِيفَةٍ ، ثُمَّ لَا يَصِيرُ إِلَى وَاحِدٍ مِنْهُمْ ، ثُمَّ تَطْلُعُ الرَّايَاتُ السُّودُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ ، فَيَقْتُلُونَكُمْ قَتْلًا لَمْ يُقْتَلْهُ قَوْمٌ ” – ثُمَّ ذَكَرَ شَيْئًا لَا أَحْفَظُهُ فَقَالَ – فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ ، فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيُّ
“Akan berperang di sisi perbendaharaan kekayaan kalian tiga belah pihak, yang mereka semua adalah anak seorang khalifah, namun perbendaharaan kekayaan tersebut akhirnya tidak berhasil dikuasai oleh salah seorang pun di antara ketiganya…” (HR. Ibnu Majah, Ar-Ruyani, Al-Hakim, dan Abu Amru ad-Dani)
Sebagian penulis kontemporer, di antaranya Salim bin Ied al-Hilali dalam bukunya ‘Al-Jama’at al-Islamiyah fi Dhaw Al-Kitab was Sunnah, telah menguatkan kemungkinan ini.
Hal yang penting untuk kami sebutkan di sini adalah:
1.Kita diperintahkan untuk melakukan perkara syariat, bukan berita syariat. Perkara syariat adalah menjalankan perintah Allah dan perintah Rasulullah SAW, atau menjauhi larangan Allah dan larangan Rasulullah SAW. Tugas kita adalah menaatinya dan melaksanakannya. Inilah inti tugas syariat.
Adapun berita syariat bahwa zaman sekarang ini yang akan memenuhi perkara syariat Allah atau ia tidak mewujudkan perkara syariat Allah, maka hal itu bukan menjadi tugas kita secara kewajiban syariat. Kewajiban syariat yang Allah tugaskan kepada kita adalah menegakkan dien Allah di muka bumi, berusaha menegakkah khilafah Islamiyah ‘ala minhaj nubuwwah, dan berusaha untuk memperjuangkan dien Allah. Inilah kewajiban kita sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونوا أَنصَارَ اللَّهِ}
Dan karunia yang lain yang kamu sukai pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat . Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. (QS. Ash-Shaf (61): 14)
إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Jika kalian menolong (dien) Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian.” (QS. Muhammad (47): 7)
2. Oleh karena itu, kami telah menyebutkan di awal bahasan ini apa yang telah disebutkan oleh Nabi SAW tentang beberapa fase bentuk pemerintahan yang akan dialami oleh umat Islam, agar menjadi jelas bagi kita kebenaran dan nubuwah Nabi SAW. Sebab, apa yang beliau SAW sebutkan benar-benar terjadi dan masih terus terjadi. Juga agar kita menghasung usaha-usaha kaum muslimin yang ikhlas untuk menegakkan dien Allah di muka bumi dan meninggikan syariat Allah sebagai supremasi hukum atas seluruh rakyat. Ketika mereka melihat bahwa tanda-tanda gembira telah nampak jelas di ufuk, niscaya mereka akan bersegera untuk menuntaskan pekerjaan mereka. Setiap orang di antara mereka berharap harapan indah ini bisa direalisasikan dalam waktu secepat mungkin. Dengan demikian, seluruh umat manusia tunduk beribadah kepada Allah SWT.
Untuk itu kami katakan kepada para aktivis yang berjuang untuk dien Allah, kepada setiap orang yang berusaha untuk menegakkan kembali khilafah Islamiyah, dan kepada setiap orang yang mengatakan ‘Tidak’ dengan suara yang keras dan darah yang suci kepada kezaliman, penindasan, dan diktatorisme sehingga menjadi laknat atas para pemimpin taghut dan antek-anteknya, kepada mereka yang telah menjadi ‘harga penebus’ (tumbal) bagi kemerdekaan dan kemuliaan yang kita telah dihalangi oleh para taghut untuk menikmatinya sejak waktu yang sangat lama. Kami katakan kepada orang-orang yang ikhlas berjuang tersebut:
Marilah bersama-sama memperjuangkan dien Allah…
Marilah bersama-sama menegakkan dien Allah dengan sebaik-baiknya…
Marilah bersama-sama mendakwahkan tauhid, memerintahkan perbuatan yang ma’ruf, mencegah perbuatan yang munkar, bersegeralah dengan sekuat tenaga mempersiapkan umat Islam ini yang akidah dan hukum-hukumnya telah dicemari dan dicampuri oleh pemikiran-pemikiran Barat dan Timur serta hukum-hukumnya…
Singkirkanlah tumpukan-tumpukan jahiliyah, (dakwahilah) berbicaralah kepada masyarakat di setiap tempat dengan sarana ucapan, tulisan, situs internet, mimbar ceramah, setiap tempat, dan setiap bentuk…Berikanlah gambaran yang baik yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya dan juga diicintai oleh masyarakat, sehingga hati mereka bersatu di sekeliling kalian sebelum fisik mereka bersatu dengan kalian. Sisihkanlah sebagian waktu, harta, dan usaha kalian untuk dien Allah SWT.
Bergembiralah kalian, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang melakukan amal kebaikan. Bergembiralah kalian dengan kebaikan di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman:
{نَصْرٌ مِّنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ}
“…pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Ash-Shaf (61): 13)
Maka persiapkanlah diri kalian, dan persiapkanlah masyarakat untuk ‘berdagang’ dengan Allah sehingga kita kembali meraih kejayaan di dunia dan kasih sayang Allah di akhirat. Hendaklah kalian senantiasa meyakini sepenuhnya janji Allah dan janji Rasul-Nya SAW. Allah SWT telah menjanjikan kekuasaan bagi orang yang beriman dan beramal shalih setelah fase ketakutan yang mereka alami. Allah SWT berfirman:
{وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ }
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang kafir sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur (24): 55)
Perhatikanlah bersama saya firman Allah SWT:
{ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً}،
“Dan Dia benar-benar akan menukar mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.” (QS. An-Nur (24): 55)
Masa keamanan pasti didahului oleh masa ketakutan. Namun bagi siapakah janji ini?
{ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ}
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh…” (QS. An-Nur (24): 55)
Maka harus ada iman yang benar dan amal yang shalih. Hal inilah yang akan kita bahas pada tulisan selanjutnya, dengan izin Allah SWT.
Tulisan ini akan kami tutup dengan sebuah hadits Nabi SAW yang kita berdoa semoga termasuk orang-orang yang akan menyaksikan kenyataan yang dijanjikan dalam hadits ini. Rasulullah SAW bersabda:
“لَيَبْلُغَنَّ هَذَا الْأَمْرُ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، وَلَا يَتْرُكُ اللهُ بَيْتَ مَدَرٍ وَلَا وَبَرٍ إِلَّا أَدْخَلَهُ اللهُ هَذَا الدِّينَ، بِعِزِّ عَزِيزٍ أَوْ بِذُلِّ ذَلِيلٍ، عِزًّا يُعِزُّ اللهُ بِهِ الْإِسْلَامَ، وَذُلًّا يُذِلُّ اللهُ بِهِ الْكُفْرَ”
“Urusan (kekuasaan dien Islam) ini akan mencapai apa (seluruh daerah) yang bias dicapai oleh waktu malam dan waktu siang. Allah SWT tidak menyisakan sebuah rumah pun baik rumah dari tanah liar (rumah tembok di perkampungan dan perkotaan, edt) maupun rumah dari bulu domba (tenda para penduduk nomaden, edt) melainkan Allah akan memasukkan dien Islam ini ke dalam (penghuni) rumah tersebut; dengan kemuliaan orang yang mulia atau kehinaan orang yang hina. Kemuliaan yang dengannya Allah menjayakan Islam, dan kehinaan yang dengannya Allah merendahkan kekafiran.” (HR. Ahmad, Abu ‘Arubah al-Harani, dan Ath-Thahawi)
Maka berperanlah, wahai saudara dan saudariku seislam, untuk menjadi orang yang membuka jalan bagi kejayaan dien ini sehingga ia mencapai apa yang dilalui oleh siang dan malam.
Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam.
(muhib al-majdi/arrahmah.com)