WASHINGTON (Arrahmah.com) – Miliarder Robert Mercer, pendukung terkemuka Donald Trump, serta Ronald Lauder, presiden Kongres Yahudi Dunia dan pewaris Estee Lauder, menghabiskan jutaan dollar untuk kelompok rahasia yang menjalankan kampanye anti-Muslim di media sosial.
Menurut sebuah laporan yang dikutip oleh kelompok pengawas Open Secrets mengutip dokumen IRS, kelompok Secure America Now mengumpulkan uang yang dibutuhkan untuk kampanye Islamofobianya terutama dari tiga pendonor, Mercer, Lauder dan kelompok rahasia pro-Trump yang disebut 45Committee, lansir Daily Sabah pada Jum’at (6/4/2018).
Mercer telah berada di bawah pengawasan yang serius atas perannya dalam mendukung pengoperasian Cambridge Analytica untuk memanen informasi secara tidak benar dari lebih 50 juta akun Facebook untuk membantu Donald Trump memenangkan pemilihan presiden 2016 lalu.
Iklan Secure America Now, yang terutama menargetkan pemilih dari swing states seperti Nevada dan North Carolina, menampilkan iklan perjalanan, yang menunjukkan negara-negara Barat diduduki oleh ISIS, memicu ketakutan dan kebencian.
Dalam satu iklan, pemirsa diajak untuk “merayakan pernikahan Jihadi masa depan” pada Oktoberfest yang bebas alkohol dan babi di “Negara Islam Jerman”. Beberapa hari sebelum pemilihan 2016, kelompok itu mulai mempublikasikan iklan akhirnya, di mana Patung Liberty memakai burka dan tulisan Hollywod diubah menjadi “Allahu Akbar”.
Laporan Open Secrets mengatakan Secure America Now bekerja bergandengan tangan dengan Facebook dan Google untuk menemukan target audiens di negara-negara swing state yang kemungkinan besar akan menerima pesan-pesan mereka.
Sebuah laporan Bloomber yang diterbitkan di bulan Oktober, mengatakan “penjual iklan Facebook, penasihat kreatif dan ahli teknis berkompetisi dengan staf penjualan dari Google Alphabet Inc. untuk jutaan dollar dalam iklan dari Secure America Now”.
Menurut laporan itu, kelompok tersebut tidak menargetkan orang Amerika secara umum, tetapi fokus pada pemilih yang dapat memainkan perang penting dalam memilih presiden AS berikutnya dan melakukannya dengan bantuan Google dan Facebook. (haninmazaya/arrahmah.com)