JAKARTA (Arrahmah.com) – Ekonom senior Rizal Ramli mengatakan saat ini Indonesia tidak perlu ada cetak uang, menurutnya. mencetak uang itu berbahaya dan bisa menyebabkan ekonomi Indonesia hancur.
Rizal mengungkapkan, waktu Gubernur Bank Indonesia zaman Soekarno, Jusuf Muda Dalam, mencetak uang, akibatnya inflasi 1.000%, rupiah jatuh tidak ada harganya, rupiah dipotong dari 1.000 rupiah menjadi 1 perak, saat itu ekonomi Indonesia hancur.
“Tahun ‘98 krisis, akhirnya pemerintah terpaksa cetak uang di Australia. Uang Rp 100.000 kayak uang plastik, ternyata dicetak 2 kali. Nomor seri yang sama dipakai dua kali. Akhirnya, inflasi naik 68% dan harga-harga naik. Jadi, jangan ulangi kesalahan model begini,” tegas Rizal Ramli di Jakarta, Sabtu (22/8/2020), lansir Harian Terbit.
Rizal menuturkan, di Amerika Latin banyak sekali negara yang bisanya mencetak uang, akibatnya ekonomi mereka hancur, sehingga untuk membeli roti saja perlu uang satu kotak. Oleh karena itu Bank Indonesia yang merilis uang baru pecahan senilai Rp 75 ribu bisa membawa Indonesia pada kehancuran.
“Jangan bawa Indonesia ke kehancuran, anggota-anggota DPR kalau tidak mengerti tanya ke yang ahli dan jangan sok-sok ngerti,” tandasnya.
Diketahui Senin, 17 Agustus 2020, Bank Indonesia (BI) merilis uang baru pecahan senilai Rp 75.000. Jumlahnya pun terbatas hanya 75 juta saja. Namun, kehadiran uang baru tersebut menjadi polemik lantaran ada yang beranggapan BI sengaja mengambil keuntungan hingga Rp 5.625 miliar atau Rp 5,6 triliun dengan mencetak 75 juta lembar uang khusus kemerdekaan tersebut.
(ameera/arrahmah.com)