JEDDAH (Arrahmah.com) – Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengadakan simposium kedua tentang upaya negara-negara anggota untuk memerangi “ekstremisme” dan “terorisme”. Tiga sesi disajikan selama simposium yang diadakan di markas OKI di Jeddah pada Kamis (8/11/2018) didominasi oleh komitmen kuat Arab Saudi untuk “memerangi ekstremisme dan terorisme”.
Saudi mencontohkan upayanya ini termasuk pendirian Global Center yang berbasis di Riyadh untuk Memerangi Ideologi Ekstremisme (Etidal), proyek Pusat Moderasi Pangeran Khaled Al-Faisal, dan proyek Pusat Peperangan Ideologis.
Sekretaris Jenderal OKI Dr. Yousef bin Ahamad Al-Othaimeen mengatakan, “Situasi keamanan yang dialami oleh beberapa negara anggota OKI, serta mengingat ancaman teroris yang terus berlanjut, mengharuskan adanya upaya bersama untuk menghadapi fenomena ini.”
Dia menunjukkan pentingnya negara-negara anggota bertukar pengetahuan dan pengalaman.
Tujuan utama dari seminar OKI ini adalah untuk meningkatkan kemampuan negara-negara anggota dalam “memerangi terorisme dan ekstremisme” dengan meninjau upaya Arab Saudi sebagai tuan rumah yang juga menjadi pemimpin aliansi militer melawan “terorisme”.
Sultan Al-Khuzam, direktur kolaborasi global di Etidal, mengatakan, “Masalah utamanya adalah ideologi ekstremis yang menuntun teroris untuk melakukan kekerasan, jadi cara pertama untuk memerangi terorisme adalah dengan melihat kelompok-kelompok ekstrimis ini di media sosial dan alat yang mereka gunakan untuk membangun propaganda tertentu.”
OKI dan Etidal di King Abdulaziz University menandatangani nota kesepahaman pada 7 November untuk mengoordinasikan upaya-upaya untuk menghadapi “ekstremisme” dan menyebarkan nilai-nilai moderasi.
Al-Hassan Al-Manakhara, direktur eksekutif Pusat Moderasi Pangeran Khaled Al-Faisal, mengatakan: “Lembaga ini adalah satu-satunya institusi akademik yang memberikan gelar di bidang moderasi. Tujuh puluh persen dari isi institut tergantung pada konsolidasi moderasi dalam agama, sementara tidak melupakan bagian lain dari kehidupan.”
Al-Manakhara menggarisbawahi bahwa Arab Saudi mewakili agama moderasi dan menjadi yang pertama untuk membangun konsep ini.
Kolonel Abdullah bin Hadi Al-Hajjri mengatakan Pusat Peperangan Ideologis bekerja untuk memperkuat “kekebalan intelektual dari pihak-pihak yang menjadi sasaran dengan meningkatkan kesadaran dan memberi imunisasi kaum muda terhadap ideologi ekstrimis.”
Sementara itu, seorang perwakilan dari Afghanistan menyoroti peran para ilmuwan dan akademisi yang harus bersatu untuk menangkal kelompok ekstrimis dan teroris menggunakan agama sebagai platform utama.
“Negara-negara Islam harus menunjukkan persahabatan untuk menghapus ide-ide terorisme dan kekerasan. Semua negara Arab harus menggunakan alat baru untuk mendorong fenomena ini dan melindungi masa depan masa muda mereka,” katanya. (Althaf/arrahmah.com)