RIYADH (Arrahmah.com) – Arab Saudi mengecam resolusi Senat AS atas kebijakan perang mereka di Yaman dan pembunuhan Jamal Khashoggi serta menyebut resolusi tersebut sebagai sebagai “campur tangan” yang bisa berdampak pada hubungan strategis Riyadh dengan Washington.
“Kerajaan mengutuk posisi terakhir Senat AS yang didasarkan pada tuduhan yang tidak dibuktikan kebenarannya dan menolak campur tangan terang-terangan dalam urusan internalnya,” kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Agen Saudi Press resmi, Senin (17/12/2018).
Bantahan itu muncul setelah Senat yang dikuasai Republik memberikan suara pada Kamis pekan lalu untuk mengakhiri dukungan militer AS bagi perang pimpinan Riyadh di Yaman, dan secara terpisah menyatakan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman yang bertanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi.
Pemungutan suara secara simbolis memberikan peringatan baru kepada Presiden Donald Trump, yang telah secara kukuh mendukung rezim Saudi dalam menghadapi kemarahan global.
Mengenai Yaman – yang lebih luas menyerang hak prerogatif presiden untuk meluncurkan aksi militer – 49 Demokrat atau sekutunya memilih mendukung, bersama dengan tujuh dari Republika, sementara tiga lainnya Republik lainnya abstain.
Senat juga menyetujui resolusi yang mengutuk pembunuhan Khashoggi dan menyebut Mohammed bin Salman, penguasa de facto Arab Saudi, “bertanggung jawab” untuk itu.
Kementerian Saudi memperingatkan bahwa kerajaan tidak akan menoleransi “ketidakhormatan” siapapun pada para penguasanya.
“Posisi Senat AS ini mengirim pesan yang salah kepada semua orang yang ingin menimbulkan keretakan dalam hubungan Saudi-AS,” kata kementerian itu.
“Kerajaan berharap bahwa resolusi itu tidak ditarik ke dalam perdebatan politik domestik di AS untuk menghindari … dampak negatif yang signifikan pada hubungan strategis yang penting ini.”
Sehari setelah pemungutan suara Senat, Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo, kembali membela hubungan AS dengan Arab Saudi dengan alasan keamanan nasional, mengatakan kerajaan itu adalah benteng melawan musuh bersama, Iran.
Resolusi Senat mengakui hubungan AS-Saudi “penting” tetapi meminta Riyadh untuk “memoderasi kebijakan luar negerinya yang semakin tidak menentu”.
“Pangeran Muhammad dan Arab Saudi, bahkan sebelum pengenalan resolusi Senat, menemukan bahwa pembunuhan Khashoggi telah melemahkan kerajaan secara internasional dan membuatnya lebih rentan terhadap tekanan,” kata James Dorsey, seorang ahli Timur Tengah di S. Rajaratnam Sekolah Studi Internasional di Singapura.
Resolusi tidak dapat diperdebatkan di Dewan Perwakilan sebelum Januari, dan kemungkinan akan diveto dalam kasus apa pun oleh Trump. (Althaf/arrahmah.com)