BIMA (Arrahmah.com) – Rimpu, kain penutup aurat adalah bentuk riil ketaatan dou mbojo, warga Bima terhadap syariat Allah. Berikut laporan Nurbowo dari Bima.
Usai Dhuhur Ahad (22/1/2017) lalu, gerimis merinai di Kelurahan Dara, Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Biasanya, kaum wanita ngeri jika hujan turun. Mereka trauma pada banjir bandang yang melanda Bima usai hujan deras pada 21 dan 23 Desember 2016. Namun, kali ini warga tetap antusias berdatangan ke Masjid Ar Rahman di RT 01. Dengan gembira mereka mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Dewan Dakwah Kabupaten/Kota Bima.
Acara dimulai dengan sholat Dhuhur berjamaah, lalu santap siang bersama yang diikuti sekitar 100 orang. Sajian makan siang dipersiapkan oleh kaum ibu di dapur umum, dengan menu ikan saus Padang, bandeng bakar khas Mbojo, gulai ayam, dan sambal serta urap sayur.
Usai makan-makan, tibalah acara utama yaitu Festival Rimpu Dara. Kontes busana muslimah tradisional ini diikuti 52 perempuan dari dua RW di Kelurahan Dara.
Ketua Dewan Dakwah Bima, Tuan Guru Abdurrahim Haris, dalam sambutannya menjelaskan, rimpu merupakan busana muslimah tradisional masyarakat Bima (dou mbojo).
Rimpu terdiri dua lembar kain sarung (tembe). Kain pertama untuk bawahan yang dikenakan seperti kebiasaan kaum lelaki, dan satunya lagi untuk atasan seperti mengenakan jilbab.
”Ada dua macam rimpu, yakni rimpu cili atau mpida untuk wanita lajang (belum nikah) dan rimpu colo untuk yang sudah menikah,” terang Abdurrahim Haris yang juga Ketua MUI Bima.
Ia melanjutkan, rimpu adalah bentuk riil ketaatan dou mbojo terhadap syariat Allah. ”Jadi rimpu ini bukan sekadar budaya tradisional, melainkan kewajiban bagi wanita. Sama seperti wajibnya shalat, puasa atau zakat,” tandas Ketua MUI Bima. Saat ini, rimpu sudah relatif tergantikan oleh gamis dan jilbab.
Abdurrahim Haris menambahkan, salah satu cara menghadapi musibah adalah dengan meningkatkaan iman dan taqwa. Termasuk memperbaiki diri dalam berbusana.
”Jadi melalui Festival Rimpu ini kita berharap para muslimah terus mengenakan busana muslimah,” katanya.
Dalam naungan cuaca yang bersahabat, Festival Rimpu Dara yang didukung LAZIS Dewan Dakwah bersama Ikatan Alumni STT PLN dan Islampos Aid, berlangsung di halaman masjid Ar Rahman. Lima gadis dan 47 ibu-ibu satu persatu bergaya dengan rimpunya di hadapan tiga juri. Penilaian meliputi aspek syar’i dan estetika (kerapihan dan keserasian).
Sepuluh peraih tertinggi mendapat hadiah berupa busana muslimah. Peserta lainnya memperoleh bingkisan berupa panci kecil. Di luar itu, kaum
ibu Kelurahan Dara di sekitar masjid Ar Rahman mendapat bantuan berupa kompor minyak tanah. Puluhan bocah setempat juga kegirangan mendapat bingkisan makanan kecil dan susu.
Bantuan untuk korban banjir Bima dari Dewan Dakwah ini merupakan yang kesekian kalinya. Sebelumnya, LAZIS Dewan Dakwah dan Dewan Dakwah NTB sudah menyalurkan logistik untuk dapur umum, paket sembako, kain sarung, kerudung, dan cash for work (uang tunai).
(*/arrahmah.com)