MOGADISHU (Arrahmah.com) – Lebih dari 3.000 orang per hari melarikan diri dari rumah mereka untuk mencari makanan dan air akibat kekeringan terburuk di Somalia dalam 20 tahun terakhir, Dewan Pengungsi Norwegia(NRC) melaporkan, dikutip Reuters pada Rabu (29/3/2017).
NRC pun memperingatkan kemungkinan besar terjadinya bencana kelaparan dimana anak-anak sudah sekarat karena kekurangan gizi.
Kekeringan dahsyat telah menghancurkan panen dan ternak di negara yang dilanda perang tersebut. Bencana ini memicu ancaman kelaparan baru enam tahun setelah krisis serupa di mana 260.000 orang meninggal dunia.
“Ini pertanda jelas mengenai potensi bencana besar,” kata direktur NRC untuk Somalia Victor Moses dalam sebuah pernyataan pada Rabu (29/3). “Sekarang adalah kesempatan terakhir kami untuk mencegah kelaparan.”
Lebih dari 6 juta orang Somalia – setengah dari populasi – membutuhkan bantuan darurat, termasuk hampir 1 juta anak kekurangan gizi akut.
Banyak keluarga telah membiarkan ternak mereka mati demi mengemis makanan di daerah perkotaan, di mana harga pangan sangatlah mahal, kata NRC.
“Saya takut bahwa anak-anak saya akan mulai jatuh dan mati juga,” NRC mengutip keluhan seorang perempuan dengan 11 anak.
Lebih dari 400.000 orang telah mengungsi sejak November, lanjut NRC, dengan puluhan ribu melarikan diri ke kota-kota selatan seperti ibukota Mogadishu dan Baidoa.
Penyakit kolera telah menyebar ke dua-pertiga wilayah Somalia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ribuan orang berkumpul di kota-kota besar di mana mereka terpaksa untuk minum air yang terinfeksi dengan bakteri mematikan tersebut.
Lebih dari 300 orang tewas dan hampir 16.000 kasus telah dilaporkan sejak Januari, kata WHO.
Ribuan warga lainnya juga melarikan diri ke negara tetangga Ethiopia. Lebih dari 100.000 orang mengungsi sejak awal tahun ini, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi.
Pemerintah Ethiopia mengatakan negaranya telah terwabahi diare akut yang berkaitan erat dengan kolera. (althaf/arrahmah.com)