GAZA (Arrahmah.com) – Ribuan warga Gaza meninggalkan rumah mereka di kota Gaza pada Ahad (13/7/2014) setelah “Israel” memperingatkan mereka untuk meninggalkan rumah setelah ada ancaman serangan, sebagaimana dilansir oleh WorldBulletin.
Ribuan orang mengungsi di sejumlah sekolah milik badan PBB bagi pengungsi Palestina (UNRWA) di kota Gaza, yang telah berubah menjadi tempat penampungan.
“Kami harus melarikan diri setelah “Israel” mengancam akan menyerang rumah,” Safia Tafish, warga Gaza yang telah meninggalkan rumahnya di Beit Lahia menuju salah satu sekolah UNRWA, mengatakan kepada Anadolu Agency.
“Tidak ada fasilitas di sekolah ini,” katanya. “Kami tidak memiliki air dan listrik.“
“Mereka yang gagal mematuhi instruksi ini akan membahayakan nyawa mereka dan nyawa keluarga mereka. waspadahal,” bunyi selebaran yang dijatuhkan oleh militer “Israel” di kota Beit Lahiya, dekat perbatasan dengan “Israel”.
Para saksi mata mengatakan bahwa selebaran tersebut menyebutkan bahwa wilayah yang menjadi target serangan adalah wilayah yang membentang antara lingkungan Attatrah dan Salattin serta di sebelah barat dan utara kamp pengungsi Jabalia.
Mujahidin Palestina menembakkan roket salvo menjangkau ke wilayah negara Yahudi itu sebagai tanggapan atas serangan “Israel”.
Seorang wanita Palestina dan seorang gadis berusia tiga tahun meninggal dalam serangan udara “Israel” pada Ahad (13/7), kata Kementerian Kesehatan Gaza.
Kementerian itu juga menambahkan bahwa beberapa jam sebelumnya sebanyak 18 orang meninggal ketika rumah kepala polisi Gaza dibom dari udara dalam serangan tunggal paling mematikan dari serangan “Israel”.
Meskipun aksi militer “Israel” yang meningkat – termasuk serangan komando yang dilancarkan semalam dalam apa yang dilaporkan oleh “Israel” sebagai pertempuran darat pertama di Gaza selama pertempuran ini – pejuang Palestina terus melakukan pembalasan dengan meluncurkan roket demi roket yang melintasi perbatasan.
Sebuah roket salvo jarak jauh yang ditembakkan dari Gaza pada Ahad pagi memicu suara sirene serangan udara di bandara internasional Ben-Gurion Tel Aviv, yang selama ini belum menjadi target dalam pertikaian.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, sedikitnya 160 warga Palestina, termasuk sekitar 30 anak, telah meninggal selama enam hari agresi “Israel”, dan lebih dari 1.000 orang terluka.
Selebaran “Israel” yang dijatuhkan di Beit Lahiya menyebutkan bahwa warga sipil di tiga dari 10 lingkungan di wilayan itu diminta untuk mengosongkan tempat tinggal mereka dan bergerak ke selatan, lebih dalam ke Jalur Gaza.
Seorang perwira senior militer “Israel”, dalam wawancara singkat melalui telepon dengan wartawan, mengatakan bahwa “Israel” akan “menyerang dengan sekuat tenaga” di daerah Beit Lahiya.
Kementerian Dalam Negeri Gaza menduga selebaran yang disebar di wilayah Beit Lahiya sebagai perang psikologis semata.
Ini adalah pertama kalinya pemerintah “Israel” memberikan peringatan terlebih dahulu kepada warga Gaza. Dalam lima hari invasi mereka, tidak pernah sekalipun mereka memberikan peringatan bahwa akan adanya serangan terhadap warga.
Sedikitnya 4.000 orang yang mengungsi dari Beit Lahiya memadati delapan sekolah yang dikelola oleh PBB di Kota Gaza pada hari Ahad, kata juru bicara Badan Bantuan PBB.
Beberapa dari mereka tiba dengan gerobak keledai yang penuh dengan anak-anak, koper dan kasur, sementara yang lain datang dengan mobil atau taksi. Satu orang bahkan datang dalam keadaan masih mengenakan piyama. Beberapa warga mengatakan bahwa mereka telah menerima panggilan telepon yang memperingatkan mereka untuk mengosongkan wilayah itu.
“Apa yang bisa kami lakukan? Kami harus berlari untuk menyelamatkan kehidupan anak-anak kami,” kata Salem Abu Halima, (25), ayah dari dua orang anak.
(ameera/arrahmah.com)