BAMAKO (Arrahmah.id) — Para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Mali dan meneriakkan slogan-slogan anti-PBB. Sebagian lainnya membawa bendera Rusia sketika berunjung rasa di jalanan ibukota Mali
Pemerintah militer Mali memiliki hubungan yang dingin dengan pasukan perdamaian PBB yang juga dikenal sebagai MINUSMA. Telebih setelah kasus pasukan militer Pantai Gading.
“MINUSMA tidak melakukan apa-apa di sini. Kami ingin mereka pergi. Kami di sini untuk menunjukkan kepada masyarakat internasional bahwa kami tidak lagi menginginkan MINUSMA. Kami tidak peduli dengan MINUSMA. Kami mencintai negara kami. Kami menginginkan tentara kami, dipimpin oleh Kolonel Assimi Goita,” kata Lassina Doumbia, seorang pengunjuk rasa, seperti dikutip dari Africanews (24/9/2022).
“Mereka bisa pulang ke rumah dan tinggal di sana. Kami tidak membutuhkan bantuan mereka lagi. Assimi Goita sudah cukup bagi kami. Pemuda Mali sudah cukup bagi kami,” tambah Samba M. Wangara.
Para pengunjuk rasa menuduh misi PBB tersebut merusak kedaulatan Mali.
Pada bulan Juli, otoritas Mali menangguhkan rotasi untuk pasukan penjaga perdamaian sebelum membatalkan keputusan sebulan kemudian. (hanoum/arrahmah.id)