KUNINGAN (Arrahmah.com) – Ribuan warga Kuningan, Jawa Barat, kembali menggelar aksi menolak rencana penjualan Gunung Ciremai kepada perusahaan asing yang bergerak di bidang geotermal, hari ini Rabu (7/5/2014).
Saat beraksi, masyarakat sangat kesal lantaran tak satupun pejabat Pemerintah Daerah Kuningan yang menemui pengunjuk rasa,
Pengunjuk rasa beraksi di depan Kantor Bupati Kuningan. Mereka berasal dari 128 desa. Rencananya, lahan di ratusan desa itu dibebaskan untuk kegiatan perusahaan geotermal milik asing.
Aksi itu merupakan kali ketiga. Mereka tetap meminta pemerintah kabupaten dan provinsi membatalkan rencana menjual Gunung Ciremai ke perusahaan asing.
Selain berorasi, mereka juga membawa spanduk yang inti tulisan menyebutkan Gunung Ciremai merupakan satu-satunya lahan penghidupan untuk warga.
Petugas gabungan TNI dan Polri mengawal aksi tersebut. Polemik muncul setelah PT Chevron asal Amerika Serikat memenangkan tender pengolahan panas bumi di gunung setinggi 3.078 Meter tersebut.
Sebelumnya telah tersiar kabar Gunung Ciremai dijual sebesar Rp 60 triliun. Hal ini membuat LSM Gerakan Massa Pejuang untuk Rakyat (Gempur) Kuningan, Okky Satrio Djati angkat bicara, menurutnya semenjak tahun 2004 Gunung Ciremai sudah dieksplorasi untuk diambil panas buminya.
“Masyarakat menganggap ini penuh manipulasi. Masyarakat menilai tidak perlu ada taman nasional di Gunung Ceremai,” ujar Okky, lansir Nonstop.
Pada tahun 2006 pihaknya mendengar ada pertemuan di Bali yang membahas tujuh wilayah di Jawa Barat yang akan diolah untuk menghasilakn energi panas bumi.
Masyarakat juga santer mendengar tender pemanfaatan panas bumi sudah dilakukan dengan dua perusahaan besar yaitu Hitay dan Jasa Daya Chevron.
“Ini kan janggal, untuk nilai triliunan, hanya ada dua peserta,” ujar Okky.
Santer pula terdengar kalau eksplorasi panas bumi disiasati oleh Bunda Putri atau Non Saputri.
“Kita mendengar kabar Bunda Putri, orang Cilimus, Kuningan sudah membeli tanah 4 hektare. Luas sekali dan banyak orang menduga seperti disiapkan untuk karyawan asing.Warga di sini, pribumi tak mungkin punya tanah seluas itu,” ujarnya.
Penolakan warga terhadap eksploitasi panas bumi di Ceremai didasari pada ketakutan mereka akan tersisih di kampung halaman. “Kalau di Kamojang, Garut itu kan di atas gunung. Kalau di sini di tengah permukiman,” ungkap Okky. (azm/dbs/arrahmah.com)