SOLO (Arrahmah.id) – Ribuan umat Islam dari berbagai daerah mengikuti Aksi Bela Palestina yang digelar di Jalan Slamet Riyadi, tepatnya di Bundaran Gladak, Solo, pada Jumat (13/10/2023) siang.
Para peserta aksi tersebut mengutuk serangan yang dilakukan “Israel” ke Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir. Mereka juga membawa poster dan spanduk yang menyuarakan kemerdekaan bagi rakyat Palestina.
Aksi tersebut diawali dengan orasi dari sejumlah tokoh Islam dan pimpinan pondok pesantren di Soloraya.
Aksi Bela Palestina di Solo juga diwarnai dengan teatrikal dari organisasi pemuda Islam dan pondok pesantren. Mereka menggambarkan kengerian yang dialami rakyat Palestina akibat serangan dari “Israel”.
Aksi ditutup dengan shalat ghaib untuk mendoakan rakyat Palestina yang meninggal dunia akibat serangan “Israel” ke Jalur Gaza. Shalat tersebut dipimpin oleh Ustadz Rifa’i.
“Kita shalat Ashar dulu, setelah itu baru Salat Gaib,” katanya sebelum melakukan takbiratul ihram.
Ribuan peserta aksi lalu berbaris membentuk saf shalat hingga menutup separuh Jalan Slamet Riyadi sekira 150 meter. Jamaah berimpitan dengan motor, mobil, bahkan truk yang melintas di jalan tersebut.
Di rakaat terakhir, Rifai memimpin jamaah shalat Ashar melakukan Qunut Nazilah sebelum turun untuk sujud. Qunut Nazilah dilakukan untuk memohon pertolongan bagi warga Palestina dan menghancurkan pasukan “Israel”.
Usai shalat Asar, jamaah berdiri kembali untuk melaksanakan shalat ghaib untuk mendoakan rakyat Palestina yang meninggal dunia akibat serangan “Israel” ke Jalur Gaza.
Humas Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS), Endro Sudarsono, mengungkapkan bahwa aksi tersebut merupakan bagian dari bentuk dukungan moral bagi bangsa Palestina.
“Secara agama, Palestina adalah bumi yang suci karena kiblat pertama umat Islam, secara konstitusi kemerdekaan adalah hak segala bangsa oleh karena itu penjajahan di seluruh permukaan bumi harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan,” kata Endro.
“Aksi ini adalah bentuk dukungan moral terhadap Palestina mewakili Indonesia, mewakili Solo,” imbuhnya.
Endro juga memaparkan bahwa jika ditilik secara historis, maka Indonesia memiliki ikatan emosional dengan Palestina karena termasuk negara pertama kali yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Begitu pula dengan sikap tegas Presiden Pertama RI Soekarno yang menyatakan, selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itu pula bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan “Israel”.
“Kebijakan negara Indonesia terkait Palestina sejak dulu sejak Soekarno dan kini Pak Jokowi, Pemerintah Indonesia belum mengakui negara ‘Israel’. Saat ini pemerintah masih terus pro aktif memberikan bantuan untuk Palestina, baik lobi-lobi internasional untuk penghentian penyerangan,” pungkas Endro. (rafa/arrahmah.id)