WASHINGTON (Arrahmah.com) – Ribuan demonstran memadati jalan di kota-kota di seluruh Amerika Serikat pada Sabtu (30/6/2018) untuk melawan kebijakan imigrasi yang diambil oleh Presiden Donald Trump dan menuntut segera diadakan reunifikasi keluarga yang terpisah di perbatasan Meksiko.
Tepat di seberang Gedung Putih, para demonstran memadati taman Lafayette Square, sebelum berjalan menuju Capitol.
Tidak hanya di Washington, demonstrasi juga digelar di Boston, Chicago, Los Angeles, New York, dan Portland, bahkan tampak beberapa selebritis turut berpartisipaasi dalam demonstrasi tersebut, seperti Alicia Keys dan Lin-Manuel Miranda yang hadir di Washington dan John Legend di Los Angeles.
Pengeras suara menyiarkan tangisan seorang anak yang terpisah dari keluarganya, ketika seorang ibu dari Brasil bercerita tentang terpisahnya dia dari putranya sendiri.
“Aku terpisah darinya selama sembilan bulan dan hal itu seharusnya tidak pernah terjadi,” kata wanita itu, yang hanya menyebut namanya sebagai Jocelyn.
“Malu! Malu!” seru para demonstran merespon cerita tersebut.
Presiden tidak dapat mendengar teriakan para demonstran, karena saat itu ia sedang berada di Bedminster, New Jersey di Trump National Golf Club.
Para demonstran membawa spanduk yang berisi tulisan tentang ketidaksepakatan mereka atas kebijakan imigrasi yang telah di tetapkan oleh Presiden AS, Donald Trump.
“Pencari suaka bukan penjahat,” ungkap salah seorang demonstran.
Trump membela dirinya terkait dengan kebijakan imigrasi melalui akun Twitter-nya.
Di mana dia menulis, “Ketika orang-orang datang ke negara kita secara ilegal, kita harus SEGERA mengawal mereka keluar tanpa perlu melalui manuver legal selama bertahun-tahun.”
“Undang-undang kami adalah yang paling bodoh di mana pun di dunia. Ketika pemerintah menginginkan kuatnya penjagaan di perbatasan dan tidak adanya tindak kriminal. Sedangkan para demonstran ingin kami membuka perbatasan dan bersikap lemah terhadap tindak kriminal!”, imbuhnya.
Dimulai pada awal Mei, dalam upaya untuk menghentikan arus puluhan ribu imigran yang masuk ke AS melalui perbatasan di selatan setiap bulan, Trump memerintahkan penangkapan terhadap orang dewasa yang melintasi batas secara ilegal, termasuk mereka yang mencari suaka.
Mayoritas mereka yang mencoba menyeberangi perbatasan AS-Meksiko adalah orang miskin, yang melarikan diri dari kekerasan geng dan kekacauan lainnya di Amerika Tengah.
Sebagai akibat dari tindakan keras Trump, anak-anak terpaksa dipisahkan dari keluarga mereka. Bahkan dari gambar-gambar yang beredar secara luas, terlihat sebuah praktik yang memicu kemarahan domestik dan global.
Trump kemudian menandatangani perintah yang mengakhiri pemisahan keluarga, tetapi pengacara imigrasi mengatakan proses penyatuan kembali anak-anak dan orang tua mereka akan membutuhkan waktu yang lama dan rumit.
Menurut angka resmi yang dirilis akhir pekan lalu, sekitar 2.000 anak-anak terpisah dari orang tua mereka.
“Ini adalah rasisme berkerudung tipis,” Dorothy Carney, seorang guru sekolah menengah dan Latin berusia 59 tahun, mengatakan kepada AFP dalam demonstrasi di Washington.
“Kejahatan bisa menang jika orang baik tidak melakukan apa-apa. Setidaknya kami telah melakukan sesuatu,” tambahnya.
Rita Montoya (36) seorang pengacara Washington, yang lahir di California namun berasal dari Meksiko, turut serta dalam demonstrasi tersebut dengan membawa kedua putranya yang berusia dua dan empat tahun.
“Kami anak-anak imigran,” katanya. “Kami sudah membayar denda kami di negara ini untuk waktu yang lama, dan negara ini perlu mulai menghormati kami.”
Suasana serupa juga tampak di New York, di mana Julia Lam (58) bergabung dengan para demonstran lain bersama dua teman dan anak-anak mereka yang diletakkan di kereta bayi. Lam adalah seorang ibu dan pensiunan perancang busana yang beremigrasi dari Hong Kong pada 1980-an.
“Saya pikir sangat kejam jika mereka memisahkan anak-anak dari keluarganya,” katanya. “Saya marah. Saya sangat sedih dengan apa yang terjadi di negara kita. Saya hanya tidak bisa berfikir bagaimana manusia dapat melakukan hal seperti itu.”
Pengacara Courtney Malloy (34) mengatakan bahwa penting untuk menunjukkan dukungan bagi imigran dan bahwa kebijakan tersebut “tidak mewakili Amerika.”
Malloy mengangkat sebuah spanduk yang bertuliskan: “Satu-satunya Bayi yang Berada dalam Kandang adalah Donald Trump.”
Ribuan pemuda, anak-anak dan orang tua – baik pendatang baru maupun warga lama – semuanya berdiri di bawah sinar matahari untuk memprotes kebijakan Trump tersebut.
“Katakan dengan keras, katakan dengan jelas, pengungsi diterima di sini,” teriak mereka. Mereka juga menyatakan selamat datang bagi umat Islam.
Protes mulai muncul setelah Mahkamah Agung AS pada Selasa (26/6) memberikan kemenangan besar bagi Trump untuk menegakkan larangannya terhadap wisatawan dari lima negara Muslim.
Lebih dari 500 wanita, termasuk seorang anggota Kongres, ditangkap pada Kamis (29/6) di kompleks Capitol AS saat melakukan aksi protes atas kebijakan imigrasi Trump.
Badan Imigrasi dan Bea Cukai telah melakukan penangkapan dan memberlakukan tindakan keras kepada para imigran, tetapi sebuah koalisi yang muncul dari politisi, aktivis dan demonstran pro-imigran telah mulai menyerukan agar lembaga itu dibongkar. (Rafa/arrahmah.com)