TENERIFE (Arrahmah.id) – Ribuan penduduk dari Tenerife di Kepulauan Canary, Spanyol, telah dievakuasi karena kebakaran hutan yang dianggap “tidak terkendali” telah memasuki hari keempat.
Layanan darurat Kepulauan Canary mengatakan lebih dari 26.000 orang telah dievakuasi pada Sabtu sore (19/8/2023), menurut perkiraan sementara, meningkat tajam dari 4.500 orang pada Jumat. Sebanyak 11 kota kini telah terkena dampaknya, lansir Al Jazeera.
Pulau Atlantik adalah rumah bagi sekitar satu juta orang dan juga merupakan tujuan wisata yang populer.
Kepulauan yang terdiri dari tujuh pulau ini terletak di lepas pantai barat laut Afrika dan barat daya daratan Spanyol. Pada titik terdekatnya, pulau-pulau ini berjarak 100 km (60 mil) dari Maroko.
Api yang berkobar hebat menerangi langit malam semalaman dan pada Sabtu, helikopter terlihat menjatuhkan air ke daerah-daerah yang dekat dengan rumah-rumah di mana asap mengepul ke udara.
Sekitar 5.000 hektar telah terbakar sejauh ini dengan perimeter 50 km (30 mil).
Kebakaran tersebut berada pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya di Kepulauan Canary, kata Presiden Dewan Tenerife, Rosa Davila, kepada para wartawan. Ia mengatakan bahwa prioritasnya adalah untuk “melindungi nyawa manusia”.
Kobaran api sejauh ini belum menghancurkan rumah, tambahnya, mengutip pemadam kebakaran.
Daerah wisata populer di pulau ini sejauh ini tidak terpengaruh dan dua bandaranya beroperasi secara normal.
Kebakaran terjadi pada Rabu di sebuah taman nasional pegunungan di sekitar gunung berapi Gunung Teide -puncak tertinggi di Spanyol- di tengah cuaca yang panas dan kering.
Kebakaran tersebut terletak di daerah pegunungan yang curam dan terjal dengan pepohonan pinus, dengan beberapa kota di sisi-sisinya. Akses untuk petugas pemadam kebakaran sangat sulit.
Kepulauan Canary telah mengalami kekeringan selama beberapa tahun terakhir, seperti halnya sebagian besar daratan Spanyol. Kepulauan ini mencatat curah hujan di bawah rata-rata dalam beberapa tahun terakhir karena perubahan pola cuaca yang dipengaruhi oleh perubahan iklim.
Cuaca panas dan kering yang menyengat tahun ini telah menyebabkan kebakaran hutan yang luar biasa parah di Eropa, termasuk di Pulau La Palma, Spanyol, pada bulan Juli, dan Kanada. Kebakaran di Pulau Maui, Hawaii, awal bulan ini menewaskan lebih dari 110 orang dan menghancurkan kota resor bersejarah Lahaina.
Para ilmuwan mengatakan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya peristiwa cuaca ekstrem yang lebih sering dan lebih kuat.
Para pejabat Uni Eropa juga menyalahkan pemanasan global atas meningkatnya frekuensi dan intensitas kebakaran hutan di Eropa, dan mencatat bahwa 2022 merupakan tahun terburuk kedua dalam catatan kerusakan akibat kebakaran hutan setelah 2017. (haninmazaya/arrahmah.id)