CAPE TOWN (Arrahmah.id) – Ribuan warga Afrika Selatan melakukan unjuk rasa pada Sabtu (11/11/2023) di Cape Town untuk memprotes serangan “Israel” di Jalur Gaza yang telah mengakibatkan kematian lebih dari 11.000 korban, lapor Anadolu Agency.
Protes yang diselenggarakan oleh beberapa kelompok masyarakat sipil ini menarik pengunjuk rasa dari berbagai denominasi agama, termasuk Muslim, Kristen, dan Yahudi.
Para pengunjuk rasa, yang membawa bendera dan spanduk Palestina berisi pesan solidaritas terhadap warga Palestina, menuntut gencatan senjata segera di Gaza.
Sekretaris Jenderal partai berkuasa Kongres Nasional Afrika, Fikile Mbalula, dan anggota parlemen ANC, Mandla Mandela, cucu Nelson Mandela, meminta pemerintah mengakhiri hubungan diplomatik dengan “Israel”.
Mereka juga menuntut pemerintah menutup Kedutaan Besar “Israel” di Pretoria.
Berbicara kepada lebih dari 10.000 massa, Sekretaris Jenderal ANC, Fikile Mbalula, meminta Presiden Cyril Ramaphosa untuk “bergerak lebih cepat”.
“Kedutaan Besar “Israel” harus ditutup. Itu harus ditutup sekarang!”
Mbabula lebih lanjut mengatakan, “Kami muak dan lelah dengan negara apartheid “Israel”, dan kami harus menunjukkannya dengan tindakan kami. Sebagai ANC, saya katakan di sini hari ini, dari Nelson Mandela hingga Ramaphosa, kami berdiri bersama rakyat Palestina.”
Menambah seruan tersebut adalah Mandla Mandela, cucu presiden penentang apartheid, mengatakan, “Kami tidak meminta proses konsultasi, kami meminta kedutaan “Israel” ditutup sekarang!”
Mandela mengatakan Departemen Hubungan dan Kerja Sama Internasional (DIRCO) tidak cukup hanya memberhentikan duta besar.
“Kami ingin Anda memberikan makna sesungguhnya terhadap apa yang Nelson Mandela harapkan dari kami. Segera usir duta besar Israel!”
Afrika Selatan sebelumnya telah menarik seluruh staf diplomatiknya dari Tel Aviv untuk berkonsultasi terkait pembantaian “Israel” di Gaza.
Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri memanggil Duta Besar “Israel” Eliav Belotsercovsky sehubungan dengan dugaan perilakunya baru-baru ini terkait pembantaian di Gaza.
Belotsercovsky dituduh melontarkan pernyataan yang meremehkan pihak-pihak yang menentang serangan terhadap warga Palestina.
“Duta Besar Belotsercovsky diminta untuk berperilaku sejalan dengan Konvensi Wina, yang memberikan hak dan tanggung jawab tertentu kepada kepala misi diplomatik, yang salah satunya adalah mengakui keputusan kedaulatan negara tuan rumah,” kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan pada Jumat (10/11).
Warga negara Afrika Selatan telah mengadakan lebih dari belasan protes sejak konflik bersenjata “Israel”-Palestina dimulai pada 7 Oktober. (zarahamala/arrahmah.id)