BANGUI (Arrahmah.com) – Saat puluhan ribu Muslim melarikan diri dari kekerasan di Republik Afrika Tengah (CAR), LSM Oxfam melaporkan bahwa ketahanan pangan dan perekonomian menghadapi masalah besar. Banyak pemilik toko, penggembala dan pedagang di CAR adalah Muslim.
Kini, hampir semua dari mereka telah menutup toko-toko mereka di Bangui dan berada di dalam truk menuju negara-negara tetangga atau sedang menunggu untuk dievakuasi di bandara.
Di pasar Kilometre Cinq, pasar grosir terbesar di ibukota, salah seorang pedagang Muslim, Idriss Saleh, diwawancarai oleh VOA.
Tidak ada sapi sekarang, menurutnya. Penggembala ternak telah pergi dengan ternak mereka ke Kamerun atau Chad karena sudah ada banyak agresi terhadap mereka dan mereka tidak memiliki keamanan, jadi mereka memilih untuk pergi.
Idriss memiliki toko hardware dan masih melakukan bisnis kecil, namun tidak bisa bertahan lama.
Dia mengatakan bahwa semua orang telah pergi. Hampir semua pedagang Muslim telah pergi dan mereka yang masih berada di CAR telah mengemas tas mereka dan akan pergi. Seperti dirinya sendiri, Idriss mengatakan telah berkemas dan sedang menunggu konvoy.
Salah seorang penjagal, Mamadou Ali Zairo mengatakan harga melambung tinggi.
“Sebelum kami memiliki masalah, Anda bisa membeli kerbau atau sapi di sini dengan harga sekitar 200-300 USD, tapi sekarang harganya berkisar 500-600 USD,” ujarnya.
Siapa yang akan menggantikan pedagang Muslim? Mereka mendominasi pasar grosir dan banyak yang berasal dari luar negeri dengan modal yang tidak dimiliki oleh kebanyakan warga CAR.
“Orang-orang Kristen yang cemburu, mereka tidak tahu bagaimana melakukan bisnis, mereka tidak bisa membeli apapun senilai 4 atau 6 USD. Mereka hanya membeli barang senilai satu atau setengah dollar. Sedangkan Muslim mampu membeli barang senilar 8 atau 10 dollar,” lanjut Zairo.
Oxfam bekerjasama dengan LSM lainnya termasuk Action against Hunger, telah melakukan survei ke pasar Kilometre Cinq. Peneliti Oxfam, Steve menjelaskan temuan utama mereka.
“Banyak, banyak pedagang grosir besar yang benar-benar menguasai pasar makanan, yang mengimpor makanan dari Chad dan dari Kamerun yang semua masyarakat dan semua agama bergantung padanya, telah melarikan diri. Ada 40 grosir besar di Bangui, yang mengimpor sebagian besar makanan dan kami telah menemukan kurang dari segelintir yang tersisa dan bahkan mereka pikir mereka akan pergi dalam beberapa hari ke depan kecuali keamanan dengan cepat dapat dikembalikan,” ujar Steve seperti dilansir VOA.
Oxfam memprediksi konsekuensi yang menghancurkan bagi semua masyarakat di negara itu saat persediaan makanan pokok mengering.
Namun, beberapa orang memanfaatkan kerusuhan ini. Di daerah yang berlokasi sekitar 80 km dari Bangui, seorang pria yang diidentifikasi oleh penduduk sekitar sebagai kepala dari milisi Kristen anti-Balaka, mengklaim telah mengorganisir wilayah tersebut.
Setelah mengusir seluruh kaum secara paksa dan brutal, ia memutuskan toko-toko milik Muslim akan dialokasikan untuk pemuda Kristen yang memiliki rencana bisnis dan mampu menjalankan bisnis, sementara rumah-rumah milik Muslim akan disediakan untuk pejabat pemerintah. (haninmazaya/arrahmah.com)