JAKARTA (Arrahmah.com) – Ribuan massa membludak tumpah ruah memadati area Patung Kuda Monas dan sekitarnya, Sabtu (28/9/2019) sekitar pukul 09.00 WIB.
Kedatangan mereka adalah untuk mengikuti Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI.
Massa yang berdatangan dari segala penjuru ini mengibarkan bendera Tauhid, Merah Putih dan sebagainya.
Agenda utama aksi adalah melakukan longmarch dari Bundaran HI menuju Istana Negara. Namun setelah berdialog dengan pihak keamanan akhirnya aksi dipusatkan di area Patung Kuda.
Semakin siang, massa semakin membludak tumpah ruah.
Pada kesempatan itu, Habib Hamid bin Abdullah Alkaff memberikan tausiah. Ia juga mendoakan Habib Rizieq Shihab dan umat Islam yang istiqomah agar selalu dilindungi Allah SWT.
Sekitar pukul 12.00 WIB, massa mulai meninggalkan kawasan patung kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
Mereka kemudian berjalan menuju Masjid Istiqlal untuk melakukan shalat dzuhur.
Ketua Panitia Aksi Mujahid, Edy Mulyadi mengatakan, Aksi Mujahid 212 ini ada karena ingin memberikan kontribusi maksimal untuk perubahan Indonesia menjadi lebih baik.
Digelarnya Aksi Mujahid 212 memiliki empat alasan. Pertama, karena demonstrasi mahasiswa beberapa hari lalu masih dihadapi oleh aparat dengan sikap represif. Bahkan, menimbulkan korban luka, hilang, dan ada yang meninggal dunia.
“Kedua, munculnya aksi para pelajar sebagai sebuah fenomena yang sebelumnya tidak pernah terjadi dalam ekskalasi politik di negeri ini. Aksi yang berlangsung spontan dan tanpa komando yang jelas ini pun berakhir ricuh dan diamankannya ratusan pelajar oleh pihak aparat,” kata Edy dalam keterangannya.
Faktor selanjutnya jelas Edy yaitu kerusuhan di Wamena, Papua. Peristiwa itu memakan korban puluhan jiwa dan eksodus warga pendatang keluar dari wilayah tersebut.
Terakhir adanya bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang tidak tertangani dengan cepat dan tepat oleh pemerintah. Akibatnya, ratusan ribu warga terkena pekatnya asap dan menderita sakit infeksi pernapasan. Bencana asap juga telah merenggut korban jiwa.
“Berbagai kondisi ini menunjukkan negeri kita tidak dalam keadaan baik-baik saja. Ada yang salah dalam mengelola dan mengurus negara yang kita cintai ini. Singkat kata, pemerintah telah gagal,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)