Xinjiang (Arrahmah.com) – Sekitar 16.000 masjid di Xinjiang telah hancur atau rusak, menurut laporan terbaru tentang pelanggaran hak asasi manusia Australian Strategic Policy Institute (ASPI), pada Kamis (24/9/2020).
Kelompok hak asasi manusia ini mengatakan, seperti dikutip dari laman ASPI (24/9), lebih dari satu juta orang Uighur dan orang-orang Muslim yang sebagian besar berbahasa Turki telah ditahan di kamp-kamp di wilayah barat laut, dimana penduduk ditekan untuk menghentikan kegiatan tradisional dan keagamaan.
Sekitar 16.000 masjid telah hancur atau rusak berdasarkan citra satelit yang mendokumentasikan ratusan situs suci dan pemodelan statistik.
Sebagian besar kehancuran itu terjadi dalam tiga tahun terakhir, dan diperkirakan 8.500 masjid telah hancur total, menurut laporan itu, dimana lebih banyak kerusakan terjadi di luar pusat kota Urumqi dan Kashgar.
Banyak masjid yang lolos dari pembongkaran menghadapi penyingkiran kubah dan menaranya, menurut penelitian, yang memperkirakan kurang dari 15.500 masjid utuh maupun rusak dibiarkan berdiri di sekitar Xinjiang.
Jika benar, itu akan menjadi jumlah terendah rumah ibadah Muslim di wilayah tersebut, sejak dekade pergolakan nasional yang dipicu oleh Revolusi Kebudayaan pada 1960-an.
Sebaliknya, tidak ada gereja Kristen dan kuil Buddha di Xinjiang yang diketahui oleh lembaga wadah pemikir tersebut yang rusak atau hancur.
ASPI juga mengatakan, hampir sepertiga dari situs suci Islam utama di Xinjiang (termasuk tempat suci, kuburan, dan rute ziarah) telah dihancurkan. (hanoum/arrahmah.com)