DAMASKUS (Arrahmah.com) – Wawancara terbaru mantan wakil presiden Suriah, Abdul Halim Khaddam, dengan koran Shahefa Kuwait mengungkapkan sebuah fakta menarik yang selama ini ditutup-tutupi oleh ‘pihak tertentu’.
Wartawan Shahefa menanyakan kepada Khaddam sejauh mana informasi yang diketahuinya tentang keterlibatan rezim Suriah dalam peristiwa pembunuhan Perdana Mentri Lebanon, Rafiq Hariri. Khaddam menceritakan bahwa dalam sebuah pertemuan pejabat tinggi Suriah, presiden Asad menegaskan bahwa Suriah tengah menghadapi ancaman serangan gabungan Amerika-Perancis, yang didukung oleh Rafiq Hariri yang tengah menyiapkan alinasi kekuatan Ahlus sunnah untuk melawan kita, Alawiyyin.
Setelah pertemuan tersebut selesai, Khaddam berbicara secara khusus dengan presiden Asad, “Apakah Anda mengetahui maksud perkataan Anda tadi? Jika cerita ini sampai beredar di tengah masyarakat, pasti akan menjadi perkara yang berbahaya.”
Setelah pertemuan itu, Khaddam langsung memberitahu Rafiq Hariri melalui salah seorang mentri Lebanon, Muhsin Dalul. Khaddam meminta Hariri untuk meninggalkan Lebanon dan menyatakan pengunduran dirinya dari kursi perdana mentri di bandara. Namun Hariri tidak mengerjakan nasehat Khaddam.
Seminggu sebelum dibunuh, Khaddam sempat bertemu dengan Hariri dalam sebuah jamuan makan. Kepadanya, Khaddam sempat menegur, “Kenapa Anda tidak menuruti nasehat saya?” Hariri mengungkapkan bahwa Mahir Asad telah mengirim surat persahabatn kepadanya melalui pejabat tinggi Suriah, Auni Ka’ki. Khaddam mengingatkan Hariri bahwa surat persahabatan itu hanyalah tipuan belaka.
Khaddam menjelaskan bahwa mantan mentri dalam negeri Suriah, Ghazi Kan’an, merupakan salah seorang perwira militer yang paling bersih. Ia berasal dari keluarga yang kaya, dan tidak memerlukan pekerjaan untuk mencari harta.
Rezim Hafizh Asad mengetahui bahwa Ghazi Kan’an telah memberikan beberapa informasi penting kepada komisi investigasi PBB tentang keterlibatan rezim Suriah atas terbunuhnya Hariri. Kematian Ghazi Kan’an bukanlah akibat bunuh diri seperti diungkapkan oleh media massa Suriah, melainkan dibunuh atas perintah rezim Suriah. Padahal Hafizh Asad dan Ghazi Kan’an berasal dari marga yang sama dalam kelompok Alawiyyin.
Khaddam juga mengungkapkan bahwa dinas intelijen Suriah melakukan banyak aksi kotor dan biadab selama masa intervensi militer Suriah di Lebanon. Dinas intelijen Suriah bertanggung jawab langsung kepada presiden Suriah, sehingga para pejabat tinggi militer dan parlemen Suriah sekalipun tidak mengetahui sepak terjangnya di Lebanon. Khaddam mengeahui informasi tersebut dari cerita presiden Asad sendiri atau laporan pejabat Lebanon yang berkunjung ke Suriah.
(muhib al-majdi/arrahmah.com)