DEIR AZZUR (Arrahmah.id) – Sumber media dari Deir Azzur di Suriah timur mengatakan kepada Al-Monitor bahwa pasukan rezim menginstruksikan anggotanya di Deir Azzur dan Raqqa untuk melakukan mobilisasi menjelang operasi militer besar di wilayah Badia di Gurun Suriah dalam waktu dekat. Operasi tersebut akan menyisir pedesaan Deir Azzur, Homs, Raqqa, Hama atas perintah Rusia.
Sumber tersebut juga mengungkapkan adanya koordinasi tingkat tinggi antara Rusia dan Iran di daerah Deir Azzur terkait operasi ini, terutama di pedesaan Deir Ez Zor barat.
Pesawat Rusia enam hari lalu membom beberapa wilayah sel ISIS di dekat Jabal al Bishri di sebelah barat Deir Azzur, kata sumber tersebut, dan beberapa hari yang lalu seorang anggota Garda Republik Suriah tewas dan seorang lagi terluka ketika mobil yang terjebak meledak di pangkalan udara Tabqa di sebelah barat Raqqa.
Zain Al Abidin Al Akeidi, seorang jurnalis dari pedesaan Deir Azzur mengatakan kepada Al-Monitor, “Tujuan dari operasi militer ini adalah untuk mengambil alih wilayah tertentu di Badia, seperti daerah Jabal Al Amour di pedesaan Homs dimana sel ISIS terindikasi aktif. Hal ini juga bertujuan untuk mengamankan poros Raqqa-Rusafa. Selama beberapa pekan terakhir, ISIS telah mengintensifkan kegiatannya melawan pasukan rezim di sekitar bandara Tabqa di pedesaan Raqqa. Tetapi mengingat sifat geografis yang kompleks dari daerah-daerah ini, semua operasi ISIS baru-baru ini terdiri dari jebakan dan penyergapan, sehingga sulit bagi rezim untuk menghindarinya.”
Dia menambahkan, “ISIS kekurangan anggota di wilayah Badia. Itulah mengapa mereka mengandalkan operasi penyergapan dan tidak lagi dapat meluncurkan operasi militer skala besar.”
Pada gilirannya, Abbas Sharifa, pakar kelompok Islam radikal dan peneliti di Jusoor Center for Studies di Istanbul, mengatakan kepada Al-Monitor, “Rezim menarik pasukan dari Idlib sebagai bagian dari kampanye yang sedang mereka persiapkan untuk melawan ISIS di Badia. Rezim baru-baru ini menyadari bahwa faksi-faksi oposisi tidak akan menyerangnya di Suriah utara.”
Namun, Sharifa percaya bahwa “kampanye rezim melawan ISIS tidak akan melenyapkan kelompok tersebut. Pasukan rezim sebelumnya telah meluncurkan beberapa operasi dengan dukungan udara Rusia, tetapi semuanya gagal. Sel-sel ISIS membawa senjata ringan dan bergerak dengan sangat mudah, menyebabkan kerugian di antara pasukan rezim.”
Dia berpendapat bahwa dalam operasi yang akan datang, bagian Rusia akan terbatas pada perlindungan udara, yang tidak akan sekuat operasi sebelumnya karena Moskow mentransfer banyak pasukannya di Suriah ke front Ukraina. “Peran terbesar akan diambil oleh milisi Iran. Milisi ini ingin melenyapkan sel-sel ISIS yang menghalangi rute pasokan mereka dari Irak ke Libanon melalui Badia,” tambahnya.
Semua operasi pemerintah sebelumnya terhadap ISIS di Badia telah gagal karena berbagai alasan, terutama karena strategi gerilya yang dilakukan ISIS. Sel-sel organisasi ini sebagian besar aktif di malam hari dan tindakan mereka cepat.
Namun, meskipun pasukan pemerintah mungkin tidak dapat sepenuhnya melenyapkan ISIS, akan tetapi ISIS tidak lagi mampu menguasai wilayah seperti saat puncaknya beberapa tahun lalu. (zarahamala/arrahmah.id)