TUNISIA (Arrahmah.com) – Presiden sementara Tunisia, Fuad Mebazza’, menanda tangani surat perintah perpanjangan keadaan darurat, yang telah dimulai sejak revolusi 14 Januari 2011 yang lalu, sampai akhir tahun ini.
Kantor berita nasional Tunisia melaporkan bahwa Fuad Mebazza’ pada hari Selasa (29/11) menanda tangani surat resmi kepresidenan yang memerintahkan pemberlakuan keadaan darurat di seluruh negara Tunisia, berlaku tanggal 1 Desember hingga 31 Desember 2011.
Tindakan presiden sementara Tunisia ini merupakan kali keempat pemberlakuan keadaan darurat di Tunsia sejak berlangsung revolusi Tunisia yang menggulingkan dictator boneka Barat, Bin Ali. Undang-undang keadaan darurat diberlakukan pertama kali untuk masa lima setengah bulan, dari 14 Februrari 2011 hingga 31 Juni 2011. Kali kedua, undang-undang darurat diberlakukan selama satu bulan, dan untuk ketiga kalinya diperpajang pemberlakuannya selama tiga bulan.
Undang-undang darurat memberikan Departemen Dalam Negeri wewenang yang luas untuk melarang pertemuan sipil, melakukan penahanan rumah terhadap orang-orang tertentu, penggeledahan siang dan malam terhadap ‘tempat yang dicurigai’, dan menyensor radio, televisi, koran majalah, dan bioskop; tanpa memerlukan izin dari pengadilan.
Undang-undang darurat juga memberikan aparat kepolisian dan militer hak untuk melarang pertemuan publik dan wewenang untuk menembak di tempat siapa pun yang tidak mematuhi peraturan. Dengan undang-undang ini, para gubernur dan walikota memiliki kekuasaan khusus untuk melarang demonstrasi dan pemogokan kerja.
Undang-undang darurat terus diperpanjang pemberlakuannya oleh pemerintahan sementara Tunisia yang masih meneruskan sistem pemerintahan diktator pro Barat. Hal itu sebagai reaksi pemerintahan sementara Tunisia terhadap demonstrasi yang terus berlangsung di seantero Tunisia. Para demonstran menuntut pengadilan yang obyektif dan adil terhadap para pejabat tinggi negara dan perwira kepolisian maupun militer yang bertanggung jawab atas tindakan represif aparat keamanan selama berlangsungnya revolusi Tunisia. Nampaknya, Bin Ali masih meninggalkan sederet ‘murid’ dan ‘boneka’ yang setia meneruskan kediktatorannya demi memuaskan negara salibis Barat. (muhib al-majdi/arrahmah.com)