DARAA (Arrahmah.id) – Pasukan rezim Suriah telah menangkap sedikitnya 20 orang dari kota Sheikh Miskin di provinsi selatan Daraa yang bergolak di tengah peningkatan serangan mematikan terhadap polisi rezim.
Kelompok aktivis media oposisi Free Houran Rally mengatakan pada Ahad (18/6/2023) bahwa pembunuhan terhadap petugas polisi di Sheikh Miskin adalah insiden pertama dari jenisnya sejak 2018, ketika provinsi Daraa, yang merupakan bekas kubu oposisi, direbut oleh rezim Bashar Asad, lansir The New Arab (19/6).
Sementara provinsi Daraa secara keseluruhan telah bergejolak sejak direbut oleh pasukan rezim Asad, dengan banyak serangan yang menargetkan pasukan rezim dan juga para mantan pejuang oposisi, kota Sheikh Miskin relatif stabil.
Free Houran Rally mengatakan bahwa serangan terhadap polisi dimulai ketika rezim memulai proses “regularisasi status” di Sheikh Miskin, yang bertujuan untuk merekrut para pemuda secara paksa ke dalam tentara rezim.
Kelompok tersebut menuduh rezim menggunakan proses tersebut untuk memaksa para pemuda dari Daraa meninggalkan Suriah. Puluhan pemuda dari provinsi Daraa berada di kapal yang tenggelam di lepas pantai Yunani pekan lalu, menewaskan sedikitnya 78 orang.
Juru bicara media Free Houran Rally, Ayman Abu Mahmoud, mengatakan kepada situs The New Arab bahwa rezim Asad ingin merekayasa “perubahan demografis” di provinsi Daraa dengan membuat kehidupan menjadi tidak tertahankan bagi kaum muda -membuat mereka tidak memiliki pilihan lain selain bergabung dengan tentara atau melarikan diri.
Rezim Asad telah sering dituduh mencoba melakukan perubahan demografis di Suriah dengan mengurangi populasi mayoritas Sunni di negara itu. Pemimpin rezim, Bashar Asad dan para pemimpin utama rezim berasal dari sekte minoritas Alawi.
Syria TV mengutip sumber-sumber lokal dari Sheikh Miskin yang mengatakan bahwa pasukan keamanan dari Intelijen Angkatan Udara rezim yang terkenal kejam telah menyerbu kota tersebut beberapa kali dalam beberapa hari terakhir dan menangkap 20 orang, termasuk para pemuda yang telah setuju untuk “menormalkan status mereka”.
Sumber-sumber tersebut mengklaim bahwa rezim bertujuan untuk “meneror para pemuda dan memaksa mereka untuk beremigrasi atau bergabung dengan pasukan rezim”, dan menambahkan bahwa intelijen rezim memiliki kehadiran yang besar di kota tersebut.
Bulan Mei lalu, kelompok Free Houran mendokumentasikan setidaknya 33 serangan di provinsi Daraa yang mengakibatkan kematian 18 orang dan melukai 13 orang lainnya.
Biasanya, tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan tersebut. (haninmazaya/arrahmah.id)