(Arrahmah.com) – Presiden Mesir Muhammad Mursi melakukan gebrakan dengan mengumumkan kosntitusi sementara pada Kamis sore (22/11). Konstitusi yang memberi kekebalan hukum bagi keputusan-keputusan Mursi itu mendapat penentangan keras pihak oposisi sekuler, liberal, nasionalis, Kristen Koptik dan kroni-kroni rezim Mubarak.
Konstitusi yang diumumkan Mursi sebenarnya belum islami. Ia tidak sedikit pun menegaskan penerapan syariat Islam di Mesir. Konstitusi tersebut sebenarnya konstitusi sekuler dan hukum jahiliyah yang harus ditolak, bila ditimbang dengan timbangan Al-Qur’an dan as-sunnah. Revolusi Mesir harus terus berlangsung sampai syariat Islam diberlakukan sebagai satu-satunya konstitusi dan undang-undang di Mesir.
Meski demikian, demonstrasi-demonstrasi penentangan pihak oposisi yang berakhir rusuh di beberapa kota dan propinsi di Mesir juga bukan sebuah tindakan yang baik. Di balik gerakan tersebut terdapat kepentingan pihak-pihak sekuler, liberal, nasionalis, Kristen dan kroni-kroni rezim Mubarak. Ada agenda Amerika dan Israel serta rezim-rezim Arab boneka Barat untuk menggoncang stabilitas Mesir dan mengaborsi revolusi.
Pimpinan redaksi Koran Al-Quds Al-Arabi, Abdul Bari Athwan, menurunkan analisanya tentang situasi panas yang saat ini menguncang Mesir. Berikut ini terjemahan dari artikelnya yang dimuat oleh koran Al-Quds Al-Arabi pada Jum’at (23/11).
Revolusi Mesir dalam bahaya!!!
Oleh: Abdul Bari Athwan
Presiden Muhammad Mursi pada Jum’at sore kemarin menegaskan bahwa pengumuman konstitusi sementara yang dikeluarkannya untuk menguatkan wewenang yudikatif dan eksekutifnya, bertujuan untuk merealisasikan stabilitas, meningkatkan produksi, pembagian kekuasaan, dan mencegah tindakan anarkis dan perampokan. Namun reaksi yang telah kita lihat, di jantung Kairo dan kota-kota Mesir lainnya, menunjukkan keadaan yang bertolak belakang seratus delapan puluh derajat.
Revolusi Mesir kini terancam, hasil-hasilnya yang besar dalam menyatukan rakyat Mesir kini menghadapi pilihan yang berbahaya, sementara tu stabiilitas yang merupakan factor yang harus ada dan sangat urgen untuk bisa keluar dari krisis ekonomi yang mencekik, kini justru berada di tangan “jin Ifrit”.
Saat ini Mesir terpecah menjadi dua kubu yang saling berperang. Kubu pertama adalah kubu bernuansa Islam yang mencakup gerakan Ikhwanul Muslimin dan kelompok salafi yang berkoalisi dengannya. Kubu kedua adalah kubu sekuler yang terdiri dari orang-orang liberal, orang-orang nasionalis, orang-orang kiri dan Kristen Koptik, dan di belakangnya bersembunyii para pendukung mantan rezim diktator.
Perpecahan yang mengerikan ini nampak jelas dalam demonstrasi-demonstrasi, yang dilawan dengan demonstrasi-demonstrasi serupa, yang lebih banyak bertempat di Tahrir Square di kota Kairo dan kota-kota lainnya. Saat para penentang presiden Mursi mengerahkan puluhan ribu massa di Tahrir Square untuk mengungkapkan kemarahan dan penolakan terhadap pengumuman konstitusi baru, para pendukung Mursi lebih memilih berkumpul di halaman istana kepresidenan untuk menunjukkan loyalitas mereka kepada presiden dan dukungan mereka terhadap keputusan-keputusan barunya.
Beberapa waktu lalu, bentrokan-bentrokan berdarah terjadi antara putra-putra revolusi dan para pendukung rezim diktator yang represif dan rusak. Sekarang bentrokan-bentrokan terjadi di antara putra-putra revolusi sendiri, antara kubu religius dan kubu sekuler-liberal. Di sinilah terjadi bencana besar.
Konsolidasi di tengah kubu sekuler semakin membesar sejak beberapa bulan terakhir. Bibit-bbit bentrokan mulai muncul ke permukaan dengan mundurnya tokoh-tokoh penting mereka dari Dewan Perumus Konstitusi, seperti Amru Musa, Wahid Abdul Majid, George Ishak dan Aiman Nur. Tindakan serupa dilakukan oleh para wakil gereja dan partai-partai kiri, nasionalis dan liberalis. Pengumuman konstitusi akhirnya seakan menjadi pemicu bagi ledakan yang sebagian fenomenanya telah kita saksikan di Tahrir Square pada Jum’at sore.
***
Ada sisi-sisi positif dalam pengumuman konstitusi ini yang tidak boleh diabaikan, karena bersesuaian dengan tuntutan rakyat untuk mengadili para kroni rezim sebelumnya yang telah dibebaskan oleh pengadilan dengan alasan tidak ada bukti-bukti. Khususnya empat perwira tinggi Departemen Dalam Negeri yang memberikan perintah menembak para demonstran dan membunuh sekitar seribu demonstran. Demikian juga pemecatan wakil presiden para era presiden sebelumnya. Keputusan pengadilan yang membebaskan mereka sangat mengecewakan rakyat. Semua rakyat menuntut mereka diadili. Pengumuman konstitusi ini juga memuat poin pengajuan kembali para tokoh rezim sebelumnya ke meja pengadilan. Khususnya dua anak mantan presiden Husni (Laa) Mubarak yang sama sekali tidak mendapatkan tuntutan apapun dari pengadilan, meski keduanya melakukan kerusakan keuangan dan administrasi yang berat.
Penentangan terhadap konstitusi ini muncul karena penyerahan semua wewenang legislative, yudikatif dan eksekutif ke tangan presiden. Para penentang mengatakan bahwa pernyataan dalam pengumuman konstitusi yang melindungi keputusan-keputusan presiden dari celaan apapun dan dari pihak manapun, adalah peristiwa yang sebelumnya belum pernah terjadi dalam sejarah modern Mesir. Hal itu berarti mereduksi kekuasaan pengadilan, melampaui kekuasaan Mahkamah Konstitusi dan menetapkan hukum yang lebih komprehensif.
Seorang pun tidak akan bisa membantah banyak poin dalam pengumuman konstitusi ini, namun hal yang mungkin untuk diperdebatkan adalah pengumuman konstitusi ini bersifat sementara, penerapannya akan berhenti begitu konstitusi yang baru selesai ditulis dan diajukan kepada rakyat melalui referendum untuk menerimanya dan memilih parlemen yang baru.
Satu titik yang rumit sehingga dijadikan kuda tunggangan oleh pihak oposisi adalah kekhawatiran konstitusi sementara ini akan menjadi konstitusi tetap. Inilah yang mendorong doktor Muhammad Al-Baradai untuk menjuluki presiden Mursi sebagai “orang yang sendirian memegang pemerintahan” dalam reaksi pertamanya saat konstitusi ini diumumkan.
Kita tidak mengetahui sebab-sebab yang mendorong presiden Mursi untuk memilih waktu ini guna mengeluarkan ketetapannya ini tanpa menunggu lebih sabar, agar ia bisa mendapatkan persetujuan minimal atas pengumuman tersebut.
Presiden telah mengejutkan semua pihak dengan keputusan-keputusannya yang dipelajari secara mendalam sebelumnya sehingga ia mendapatkan dukungan rakyat secara luas. Misalnya ia membubarkan pemerintahan Dewan Militer, memensiunkan sebagian besar komandan dan perwira tinggi yang loyal kepada rezim Husni (Laa) Mubarak, lalu mengganti mereka dengan sejumlah komandan dan perwira militer yang lebih dekat kepada pemikiran dan nilai-nilai revolusi. Ia juga memensiunkan sejumlah pucuk pimpinan dinas intelijen. Keputusan-keputusannya itu telah mengundang kekaguman banyak pihak, termasuk kami sendiri.
Lalu apakah presiden Mursi kali ini salah prediksi, ataukah ia memiliki potensi-ptensi lain yang mengharuskannya bergerak cepat dengan melakukan hal yang mengundang penentangan sejumlah besar rakyat?
Krisis saat ini bisa berkembang kepada hasil-hasil yang membahayakan Mesir dan stabilitasnya jika tidak bisa diselesaikan secara cepat, dengan cara dialog yang bertanggung jawab dan digelar cepat, guna menjaga hasil-hasil revolusi. Di antara hasil revolusi yang terpenting adalah mengembalikan Mesir kepada perananan regionalnya, kedaulatan negara Mesir, keputusan-keputusan indipenden Mesir dan melepaskan diri dari pemerintahan yang rusak dan tunduk (kepada Barat).
Jika keputusan-keputusan presiden Mursi kali ini melanggar semangat demokrasi dan keluar dari nilai-nilai demokrasi, maka sesungguhnya serangan dan pembakaran terhadap kantor-kantor Partai Kebebasan dan Keadilan di beberapa kota, juga merupakan perbuatan yang tidak demokratis dan tidak beradab, harus dikecam oleh semua kekuatan oposisi.
***
Presiden Mursi dalam banyak kesempatan terdahulu berani menarik kembali keputusan-keputusan yang telah diambilnya. Contoh yang paling menonjol adalah membiarkan wakil umum pada posisinya dan membatalkan keputusan pemecatannya. Demikian juga menerima keputusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan tidak sahnya keputusan Mursi dalam mengembalikan kedudukan parlemen yang telah dibubarkan. Hal-hal itu telah mencerminkan keberanian yang menempatkan kepentingan Mesir di atas kepentingan lainnya.
Hal yang diharapkan adalah presiden melakukan hal serupa jika dialog dan kesepakatan dengan para oposan menuntut dirinya untuk mengalah dalam sebagian perkara.
Mesir, dalam kondisi yang sulit ini, memerlukan segala kebijaksanaan dan orang-orang yang bijaksana, untuk menghindari berbagai kosnpirasi yang benang-benangnya dipintal guna menghantam persatuan Mesir, mengaborsi revolusinya dan menjerumuskannya ke dalam lubang gelap perpecahan dan perkubuan, bahkan bisa juga bentrokan-bentrokan berdarah.
Keruntuhan revolusi Mesir, jika hal itu terjadi dan semoga Allah tidak menakdirkan hal itu, adalah keruntuhan revolusi-revolusi perubahan demokrasi, dan kembali kepada kotak pertama. Itulah kotak kediktatoran, kerusakan, represifisme dan mengekor kepada pihak luar. Inilah yang diinginkan oleh Amerika dan Israel. Pemerintahan-pemerintahan Arab telah berusaha dan sampai saat ini terus berusaha, secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, untuk mengubur hidup-hidup revolusi Mesir sang induk dan pelopor terpenting gerakan demokrasi Arab.
(muhib almajdi/arrahmah.com)