KAIRO (Arrahmah.id) – Gerakan baru bernama “Gerakan Revolusi 25 Januari” muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap rezim Al-Sisi di Mesir. Gerakan ini bertujuan untuk menumbangkan kekuasaan Al-Sisi yang dianggap represif dan otoriter, dengan mengusung simbol perjuangan berupa bendera Kerajaan Mesir lama.
Bendera berwarna hijau dengan bulan sabit dan tiga bintang putih ini sebelumnya digunakan oleh Kerajaan Mesir dan Sudan pada tahun 1922 hingga 1953, melambangkan identitas nasional dan perjuangan melawan penjajahan Inggris. Pemilihan simbol ini mencerminkan tekad kuat gerakan untuk mengembalikan nilai-nilai dan kehormatan nasional Mesir yang dianggap telah hilang di bawah pemerintahan saat ini.
Dalam beberapa jam, pesan dan simbol revolusi ini menyebar luas melalui platform media sosial X (sebelumnya Twitter), menjangkau hingga setengah juta pengguna. Dukungan masyarakat Mesir terus meningkat seiring dengan berkembangnya narasi perlawanan terhadap kondisi politik yang dinilai tidak adil.
Gerakan ini juga menarik perhatian internasional, terutama terkait isu hak asasi manusia di Mesir, termasuk keberadaan penjara represif seperti Sednaya. Seruan untuk revolusi ini mengingatkan kembali dunia pada semangat Revolusi 25 Januari 2011, yang berhasil menggulingkan rezim diktator pada masa lalu.
Dengan simbol historis dan pesan yang kuat, gerakan ini menjadi titik balik baru dalam perjuangan rakyat Mesir untuk kebebasan dan keadilan. Meski demikian, perjuangan ini menghadapi tantangan besar, mengingat kuatnya cengkeraman kekuasaan rezim saat ini.
Dilansir dari Wikipedia, Revolusi Mesir 2011, juga dikenal sebagai revolusi 25 Januari, bermula sejak 25 Januari 2011 dan meluas di penjuru Mesir. Berbagai kelompok pemuda turun ke jalan pada tanggal tersebut yang merupakan Hari Polisi sebagai pernyataan menentang kebrutalan polisi yang semakin meningkat selama beberapa tahun terakhir kepresidenan Husni Mubarak. Aksi protes meliputi demonstrasi, aksi damai, pendudukan alun-alun, perlawanan sipil non-kekerasan, tindakan pembangkangan sipil, dan mogok. Jutaan pengunjuk rasa dari berbagai latar belakang sosial-ekonomi dan agama menuntut penggulingan Presiden Hosni Mubarak. Bentrokan kekerasan antara aparat keamanan dan pengunjuk rasa mengakibatkan banyak korban, dengan setidaknya 846 orang tewas dan lebih dari 6.000 orang terluka. Pengunjuk rasa membakar lebih dari 90 kantor polisi sebagai aksi balasan.
(Samirmusa/arrahmah.id)