DAMASKUS (Arrahmah.com) – Mujahidin Islam Suriah meyakini alasan kuat dari keinginan pemerintahan teroris Amerika Serikat untuk melakukan serangan udara “terbatas” terhadap rezim Bashar Asad bukanlah serangan pasukan Bashar Asad terhadap penduduk Ghautah Timur dengan senjata kimia pada Rabu (21/8/2013) lalu.
Amerika tidak peduli berapa ratus ribu kaum muslimin Suriah telah dibantai oleh pasukan rezim Asad sejak pertengahan Maret 2011 saat revolusi anti rezim Nushairiyah meletus di Suriah. Amerika tidak peduli dengan berapapun korban gugur penduduk sipil muslim Suriah, sebab Amerika telah lebih dulu membantai ratusan ribu kaum muslimin di Irak, Afghanistan, Pakistan, Yaman dan negeri-negeri muslim lainnya.
Terlebih, selama 40 tahun terakhir rezim Nushairiyah Suriah adalah anjing penjaga yang bisa diandalkan untuk menjaga eksistensi negara penjajah zionis Yahudi.
Kemajuan pesat mujahidin Islam di Suriah
Faktor utama keinginan Amerika melakukan serangan udara “terbatas” ke Suriah adalah kemajuan pesat yang dicapai oleh mujahidin Islam yang selama ini dipandang sebagai “teroris” dan ancaman terbesar bagi keamanan nasional Amerika. Mujahidin Islam yang mencita-citakan penegakan syariat Islam, pendirian daulah-khilafah islamiyah dan pembebasan Palestina dari cengkeraman penjajah zionis Yahudi. Mujahidin Islam yang menolak demokrasi, nasionalisme, sekulerisme, hukum positif jahiliyah Liga Arab dan PBB. Mujahidin Islam yang tidak kenal kompromi dengan teroris Amerika dan Barat yang menjajah negeri-negeri Islam dan merampok kekayaan alamnya.
Mujahidin Islam itulah yang saat ini berjihad di Suriah. Mereka berasal dari berbagai negara di seluruh penjuru dunia; Asia, Afrika, Eropa, Australia dan tidak tertutup kemungkinan ada segelintir muslim dari Amerika. Sebagian mereka telah berpengalaman dalam jihad di Irak, Afghanistan, Pakistan, Chechnya, Dagestan, Bosnia, Yaman, Somalia, Libya, Aljazair, Tunisia, Sudan dan Mali.
Mujahidin Islam itulah yang menghabiskan hari-hari mereka di medan ribath dalam parit-parit pertahanan, medan i’dad dalam kamp-kamp pelatihan, dan medan jihad dalam operasi-operasi pertempuran melawan pasukan Nushairiyah Suriah, Garda Revolusi Syiah Iran, milisi Syiah Hizbu Iran Lebanon, milisi Syiah Irak, milisi Lijan Sya’biyah, milisi Syiah Shabihah Suriah dan milisi sosialis Partai Buruh Kurdistan (PKK).
Mujahidin Islam itulah yang tidak pernah mau duduk dalam satu meja dengan rezim-rezim boneka Arab, Amerika dan Barat. Mujahidin Islam itulah yang tidak mengakui kepemimpinan oposisi sekuler yang hidup dalam hotel-hotel mewah di Turki; Koalisi Nasional Suriah dan Dewan Transisi Nasional Suriah.
Mujahidin Islam itulah yang merebut bandara-bandara militer rezim Nushairiyah Suriah di provinsi Aleppo, Idlib, Hamah dan Deir Ezzur. Mujahidin Islam itulah yang merebut posko-posko militer dan markas-markas militer rezim Nushairiyah Suriah di Aleppo, Idlib, Hamah, Deir Ezzur, Dara’a, Raqqah, Hasakah, Homs, Pinggiran Damaskus dan kini Lattakia.
Mujahidin Islam menduduki kampung halaman Bashar Asad
Ya, Lattakia, salah satu dari dua provinsi pusat kekuatan rezim Nushairiyah Suriah, di samping provinsi Tartus. Dalam operasi militer gabungan yang digelar sejak Senin, 27 Ramadhan 1434 H/5 Agustus 2013 M, mujahidin Islam merebut sekurangnya 15 desa berpenduduk mayoritas pemeluk agama Nushairiyah.
Kota Karadahah, kota kelahiran dan kampung halaman teroris Bashar Asad direbut oleh mujahidin Islam. Pasukan Nushairiyah dengan keunggulan jumlah personil, kecanggihan peralatan tempur dan posisi geografi mereka yang strategis tunggang langgang oleh serbuan mujahidin Islam.
Jantung pertahanan rezim Nushairiyah Suriah, anjing penjaga yang selama 40 tahun terakhir setia menjaga eksistensi negara penjajah Zionis Yahudi, telah “ditembus” mujahidin. Peperangan tidak lagi hanya berkutat di lumbung kekuatan kaum muslimin; Aleppo, Hamah, Homs, Deir Ezzur, atau Idlib.
Kemajuan pesat mujahidin Islam di provinsi Lattakia adalah perkembangan baru yang sangat menyentak dunia; rezim Bashar Asad, Rusia, Iran, Cina, Amerika, Barat dan Liga Arab. Jika dibiarkan terus, lama kelamaan muajhidin Islam akan menyapu bersih pasukan Nushairiyah Suriah dan milisi-milisi Syiah bayarannya di Lattakia.
Boleh jadi gelombang penaklukan oleh mujahidin Islam akan berlanjut ke provinsi Tarsus. Jika hal itu benar-benar terjadi, Amerika, Israel dan Barat akan kehilangan boneka setia yang selama ini menjamin eksistensi negara penjajah zionis Yahudi di bumi Islam Palestina. Kemajuan yang diraih oleh pasukan Nushairiyah Suriah dan milisi Syiah Hizbu Iran Lebanon di provinsi Homs tak lagi bernilai banyak.
Rezim Nushairiyah Suriah telah menarik sebagian pasukannya dari Homs dan Damaskus serta wilayah lain, untuk memperkuat front pertempuran di Lattakia.
Sempoyongan, rezim Suriah lakukan pembantaian dengan senjata kimia
Namun mujahidin Islam memberikan perlawanan dan serangan sengit yang menyulitkan rezim Nushairiyah untuk merebut kembali kantong-kantong wilayahnya yang terlepas. Stress, panik dan gentar, Garda Revolusi Syiah Iran dan para penasehat militer Rusia di Damaskus pun tak mampu berbuat banyak.
Maka rezim Nushairiyah Suriah melakukan tindakan biadab untuk menekan mujahidin Islam. Serangan dengan senjata kimia dilakukan oleh rezim teroris Bashar Asad pada Rabu, 14 Syawwal 1434 H/21 Agustus 2013 terhadap kota Moadamiyah asy-Syam, provinsi Damaskus dan kota-kota dalam distrik Ghautah Timur, provinsi Pinggiran Damaskus. Serangan biadab dengan senjata kimia itu “sukses” menewaskan lebih dari 1700 warga sipil muslim yang tak berdosa dan mencederai lebih dari 6000 lainnya.
Mujahidin Islam merespon kebiadaban rezim Suriah
Namun rezim Nushairiyah Suriah dan sekutu-sekutunya keliru jika menyangka mujahidin Islam akan melemah, meratap dan menyerah kalah dengan besarnya korban sipil di kota-kota pendukung revolusi anti rezim Bashar Asad tersebut. Secara serentak mujahidin menggelar operasi balasan yang sangat keras menghajar posko-posko militer dan markas-markas militer rezim Nushairiyah Suriah.
Sedikitnya ada empat operasi serangan balasan skala besar dari mujahidin Suriah, disamping ratusan operasi-operasi serangan skala kecil oleh kesatuan-kesatuan mujahidin Islam dan mujahidin FSA. Keempat operasi serangan balasan dengan skala besar tersebut adalah:
1. Operasi gabungan “Gunung Api Pembalasan”
Operasi gabungan “gunung api pembalasan” dilakukan oleh sembilan kelompok jihad Islam di jantung ibukota Damaskus sejak Senin, 19 Syawwal 1434 H/26 Agustus 2013 M. Sembilan kelompok jihad Islam tersebut dipelopori oleh Daulah ISlam Irak dan Syam (ISIS).
Sembilan kelompok jihad Islam yang bergabung dalam operasi “Perang Gunung Api Pembalasan” adalah Daulah Islam Irak dan Syam, Harakah Ahrar asy-Syam al-Islamiyah, Brigade Al-Habib al-Musthafa, Brigade Ummu al-Qura, Batalion Isa bin Maryam, Brigade Abu Dzar al-Ghifari, Brigade Al-Furqan, Batalion Ahrar Dimasyqa (Tim teknis Al-Muhajirin) dan Brigade Dir’u al-Ashimah.
Dalam dua hari pertama serangan balasan, Senin (26/8/8/2013) dan Selasa (27/8/2013) sedikitnya 42 posko militer, markas militer dan termasuk kedutaan besar Rusia di Damaskus menjadi sasaran lebih dari 100 mortar dan roket yang ditembakkan mujahidin.
2. Operasi gabungan perang “hari-hari perang Qadisiyah”
Operasi gabungan perang “hari-hari perang Qadisiyah” dilakukan oleh tujuh kelompok jihad Islam di Damaskus dan pinggiran Damaskus sejak Sabtu, 24 Syawwal 1434 H/31 Agustus 2013 M. Ketujuh kelompok jihad tersebut adalah mujahidin Liwa’ Al-Islam, Jabhah Nushrah, Harakah Ahrar asy-Syam al-Islamiyah, Brigade Al-Habib al-Musthafa, Brigade Ash-Shiddiq, Brigade Shabab al-Huda dan Brigade Isa bin Maryam.
Dalam beberapa hari pertempuran sengit di Damaskus dan pinggiran Damaskus, ketujuh kelompok jihad ini berhasil meraih kemenangan-kemenangan penting.
3. Operasi gabungan perang “ketundukan itu hanya kepada Allah semata”
Operasi gabungan perang “ketundukan itu hanya kepada Allah semata” digelar oleh mujahidin Harakah Ahrar asy-Syam al-Islamiyah dan Liwa’ Al-Islam sejak Sabtu, 24 Syawwal 1434 H/31 Agustus 2013 M di pinggiran Damaskus.
Operasi gabungan ini meraih kemenangan-kemenangan penting. Di antaranya merebut markas Brigade 81 pasukan tank rezim Nushairiyah Suriah di kota Qalamoun, pinggiran Damaskus. Dari peperangan ini, mujahidin Liwa’ Al-Islam bahkan mampu mendirikan sekolah pengoperasian dan perawatan tank, dan membentuk pasukan tank mujahidin Islam.
4. Operasi perang “mata dibalas dengan mata”
Jabhah Nushrah menggelar operasi perang “mata dibalas dengan mata” di Damaskus, Homs, Hamah, Lattakia, Aleppo, Hasakah dan beberapa wilayah lainnya. Kedahsyatan serangan balasan Jabhah Nushrah tidak bisa diragukan. Mujahidin Jabhah Nushrah berhasil menghancurkan posko militer Abu Rahmun di di Sahl al-Ghab, pinggiran Hamah pada Sabtu (10/8/2013) dengan serangan bom syahid. Serangan itu menewaskan 8 perwira dan 35 tentara Nushairiyah.
Selama tiga hari berturut-turut, Selasa (13/8/2013), Rabu (14/8/2013) dan Kamis (15/8/2013), Jabhah Nushrah melakukan serangan gencar terhadap markas militer Qirmid di provinsi Idlib.
Pada hari Senin, 19 Syawwal 1434 H / 26 Agustus 2013 M, Jabhah Nushrah membebaskan desa Hammam di Aleppo. Lebih dari 200 pasukan Nushairiyah yang dilengkapi tank-tank dan artileri berat tak mampu mempertahankan desa tersebut dari gempuran dahsyat Jabhah Nushrah. Padahal desa itu merupakan satu-satunya jalur pengiriman bantuan logistik, amunisi dan personil bagi pasukan Nushairiyah di kota Khanasir – Atsaria, provinsi Aleppo.
Pada hari Selasa, 20 Syawwal 1434 H/27 Agustus 2013 M, saat Kolonel Hasan Khushair [Komandan Pasukan Pertahanan Nasional rezim Suriah di Aleppo] melarikan diri dari kota Khanasir menuju kota Atsaria, tepatnya saat ia melintas di desa Kharbah Samin di jalan raya Khanasir – Hammam, pinggiran Aleppo timur; regu ranjau mujahidin Jabhah Nushrah berhasil menewaskannya dengan ranjau yang menghancurkan mobilnya.
Pada hari Ahad, 18 Syawwal 1434 H/25 Agustus 2013 M regu ranjau Jabhah Nushrah meledakkan bom mobil terhadap konvoi gubernur Hamah, Anas Naim, sehingga gubernur kriminil rezim Nushairiyah itu dan beberapa rekannya tewas.
Roket dan mortar mujahidin Jabhah Nushrah juga menghajar posko-posko militer dan markas-markas militer Nushairiyah di Homs dan Lattakia
Mujahidin Islam menatap rencana serangan Amerika
Kemenangan-kemenangan mujahidin Islam dalam operasi-operasi balasan pasca pembantaian dengan senjata kimia pada Rabu (21/8/2013) tersebut telah menggoyahkan pijakan kaki rezim Nushairiyah Suriah. Cepat atau lambat, rezim Nushairiyah Suriah akan dijatuhkan oleh mujahidin Islam.
Saat Rusia, Cina, Iran dan Irak tak mampu lagi menyelamatkan nasib rezim Nushairiyah Suriah, maka Amerika dan Barat harus mencari akal dan tipu muslihat untuk menyelamatkannya. Maka gagasan “serangan udara terbatas”, yaitu terbatas kepada “teroris” mujahidin Islam pun digulirkan oleh Obama. Agar ide itu mendapat dukungan internasional, Obama mencari-cari dukungan dari sekutu-sekutu Barat dan boneka-boneka rezim Arabnya.
Sementara gagasan itu digodok oleh Kongres, pertemuan G 20 dan forum-forum “diskusi” lainnya, rezim Nushairiyah Suriah dipersilahkan membantai lebih banyak kaum muslimin sipil yang tak berdosa. Dan rezim Nushairiyah Suriah pun kembali melakukan serangan dengan senjata kimia di desa Jaubar, ibukota Damaskus pada Kamis (12/9/2013), seperti dilaporkan oleh para aktivis dan dilansir oleh Al-Arabiya.
Mujahidin Islam sendiri meyakini serangan udara terbatas Amerika [jika benar-benar akan digelar] akan menargetkan kantong-kantong, komandan-komandan dan anggota-anggota mujahidin Islam. Bukan sekedar asumsi dan prediksi belaka, sebab para pemimpin Barat sendiri telah menegaskan pentingnya serangan Amerika dan Barat terhadap para “teroris” mujahidin Islam di Suriah yang terus berkembang.
Ada atau tidak ada, jadi atau tidak jadi rencana “serangan udara terbatas” Amerika terhadap Suriah, mujahidin Islam telah memiliki tujuan dan sarana yang jelas. Khilafah Islamiyah, penerapan syariat dan pembebasan Palestina cari cengkeraman zionis Yahudi adalah tujuan mereka. Dan jihad di jalan Allah di bawah panji Laa Ilaaha Illa Allah adalah sarana mereka. Wallahu a’lam bish-shawab. (muhibalmajdi/arrahmah.com)