Oleh: Elly Risman, Psi
Direktur, Psikolog dan Trainer Yayasan Kita dan Buah Hati
(Arrahmah.com) – Berbagai kegiatan dilakukan oleh masyarakat dalam menghadapi perubahan tahun beberapa saat kemarin. Terpikir oleh saya dengan semua perkembangan situasi akhir-akhir ini untuk mengajak diri saya, keluarga saya dan Anda memikirkan bersama rumusan resolusi pengasuhan untuk tahun ini, 2018.
Berita yang paling mencuat di akhir tahun ini yang sangat mengguncangkan hampir semua keluarga adalah berita-berita yang berseliweran tentang meluasnya LGBT dan zina akibat kalahnya sahabat-sahabat saya dari AILA, yang berjuang meminta adanya Judicial Review di MK, terhadap beberapa pasal dari KUHP kita yang sudah terlalu tua untuk disesuaikan dengan kenyataan yang ada sekarang ini di masyaraat kita.
Saya tidak akan membahas hal tersebut karena sudah sangat banyak kita simak dari berbagai media terutama TV dan media sosial. Tapi saya akan mengajak diri saya dan Anda untuk memikirkan langkah-langkah kongkrit yang bisa dan harus kita lakukan di keluarga kita, segera.
Ajakan saya ini ini juga didasari dengan sangat kuat oleh data dari hasil penelitian yang kami lakukan hampir sepanjang tahun 2017 untuk mengetahui dampak kerusakan otak akibat pornografi terhadap anak dan remaja, yang insha Allah akan kami sosialisaikan diakhir bulan Januari yang akan datang.
RESOLUSI 1: Perkuat ketahanan Ayah-Ibu
Selain dari tantangan terhadap pengasuhan anak-anak kita, ketahanan terhadap eksistensi keutuhan ayah dan ibu tak kurang-kurang di goyang berbagai godaan di zaman ini. Bagaimana kita akan berjuang melindungi anak-anak kita kalau ayah dan ibu sendiri menghadapi masalah yang seperti tak berujung. Jadi mau tidak mau ayah dan ibu sebelum mampu menjalankan peran ‘mengasuh berdua’ saya himbau untuk berusaha sekuat tenaga menemukan dulu pokok masalah, berusaha untuk saling terbuka dan mengerti masa lalu dan pengaruhnya bagi kehidupan sekarang.
Kita sedang berjuang mempertanggung jawabkan pengasuhan anak kita kepada Allah. Bila ayah – ibu sudah mampu bersatu dan kokoh maka ayah ibu harus segera membuat list apa yang perlu diperbaiki, ditingkatkan dalam hal pengasuhan untuk masing-masing anak agar tangguh hidup di era digital ini.
Masing-masing ayah dan ibu membuat 3 hal saja yang perlu diprioritaskan di tahun ini untuk masing-masing anak. Kemudian gabungkan hasil ayah dan ibu dan terakhir pilih lagi hanya 3 saja minimal untuk di perbaiki dan di sempurnakan 6 bulan ke depan. Setelah itu, di jadwalkan topik pembahasannya dan siapa penanggung jawabnya. Bila 3 hal ini telah teratasi maka nanti bisa dijadwalkan 3 hal lainnya untuk waktu berikutnya dengan proses yang sama. Dengan begitu insha Allah upaya yang kita lakukan akan terukur dan bisa di evaluasi. Semua upaya ini harus disesuaikan dengan usia, tingkat kecerdasan dan keribadian masing-masing anak. Dalam hal ini semua harus dipimpin oleh ayah. Peran ayah dalam pengasuhan semakin kritis dan mutlak diperlukan dalam keadaan yang semakin genting sekarang ini. Kurangnya peran dan kehadiran ayah dalam pengasuhan justru sangat signifikan menjadi penyebab dari berbagai masalah moral dan spiritual yang kita hadapi sekarang ini.
RESOLUSI 2: Menyicil “Hutang Jiwa” dan Merumuskan Ulang Tujuan Pengasuhan
Kalau kita berhutang di bank harus kita cicil begitu jualah hutang jiwa pada anak-anak kita. Untuk mewujudkan peningkatan kualitas pengasuhan anak kita, tak bisa tidak kita harus berusaha mencicil dulu “hutang-hutang jiwa” yang kita buat tak sengaja sepanjang pengasuhannya di tahun-tahun yang lalu.
Ayah ibu harus bekerjasama menutup lubang-lubang pengasuhan ini, dengan lebih banyak memberikan perhatian dan kasih sayang, kesempatan untuk bersama, mendengarkan perasaan anak, berdialog tentang kesulitan dan tantangan yang mereka hadapi. Jangan lupa bahwa tujuan utama pengasuhan adalah untuk menjadikan anak-anak kita menjadi penyembah hanya Allah saja. Mereka bukan saja harus mengerti tentang berbagai aturan dasar agama tetapi juga senang menjalankannya dan bisa menerapkan batas-batas yang boleh dan tidak, yang haram dan halal.
Tujuan lainnya adalah bagaimana secara bertahap sesuai dengan usianya anak memiliki kualitas untuk menjadi calon suami istri dan ayah ibu. Sederhana saja, mulailah dengan bertanggung jawab dengan diri sendiri dan punya empati pada orang lain. Bagaimana anak bisa menunjukkan semua hal di atas, kalau kita sekarang mengabaikan perasaannya. Hal lainnya akan berjalan sesuai usia.
Tujuan pengasuhan lainnya adalah membantu anak untuk menjadi professional dengan sukses di tiap jenjang pendidikan dan seperti yang ditentukan oleh agama kita bahwa setiap manusia itu harus menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan keluarganya serta bermanfaat bagi orang banyak.
RESOLUSI 3: Komunikasi yang Benar, Baik dan Menyenangkan
Kemampuan berkomunikasi adalah salah satu kemampuan yang sangat dibutuhkan di masa depan, di mana kini komunikasi tersebut telah sangat di ringkas dan di”hemat” dengan adanya perangkat teknologi komunikasi. Tetapi komunikasi tatap muka tak bisa dihilangkan begitu saja dan menjadi hal yang penuh tantangan untuk dilakukan di masa depan, karena sekarang antar kamar saja anak dan orang tua berkomunikasi lewat whatsapp atau sms!
Kitab suci kita sudah merumuskan aturan baku tentang berkomuikasi yang benar. Biasakanlah untuk tak kehilangan komunikasi tatap muka, bicara baik-baik dan berkata benar, bicara dengan kasih sayang, bicara dengan lemah lembut dan dengan suara yang rendah, karena dengan suara tinggi dan besar adalah suara Himar (keledai). Komunikasi juga harus mengindahkan kaidah cara kerja otak. Hanya kombinasi agama dan cara kerja otak itulah komunikasi bisa menyenangkan dan mengikat hati dan rasa antar ayah ibu dengan anak-anak dan antar anak dengan saudara dan teman-temannya.
RESOLUSI 4: Mengajarkan Agama Sendiri
Kewajiban kita pada Allah sebagai “baby sitter”Nya adalah memperkenalkan Allah, RasulNya dan kitabNya serta berbagai aturan dalam kitab suci kita secara langsung pada anak-anak kita. Kalau dasar pengetahuan kita kurang, itulah yang harus kita upayakan untuk ditingkatkan terlebih dahulu. Tidak ada salahnya dan tidak usah malu bila kita harus belajar “bersama” anak, karena itu lebih benar dan mulia dibandingkan mensubkontrakkannya ke tangan orang atau institusi lain.
Kita perlu memantau pemahaman dan pengetrapannya sepanjang kehidupan mereka sehari-hari. Ya keimanannya, ibadahnya, amalan hariannya, akhlaknya adalah tanggung jawab utama kita. Buat kerangkanya untuk masing-masing anak sesuai usia, tempel di tempat yang sering terlihat agar mudah teringat, dan berusaha melaksanakan dan mengevaluasinya. Kita tidak perfect, jadi jangan berharap anak kita perfect. Pendidikan itu perlu proses. Prinsipnya yang penting SUKA bukan BISA saja. Kalau suka, anak mengerjakan perintah Allah sebagaimana semestinya, bukan hanya BISA melakukannya ketika kita ADA saja!
RESOLUSI 5: Persiapkan Anak Baligh
Karena makanan yang bagus dan rangsangan juga “bagus”, anak kini baligh lebih cepat dibandingkan masa kita remaja dulu. Jadi jangan pernah berfikir “Ah masih lama!”. Tanggung jawab persiapan baligh ini tidak sederhana dan tidak bisa dianggap sepele. Karena begitu anak baligh yang artinya dia telah “sampai” ke tahapan dewasa, berarti hukum agama sudah berlaku baginya. Dia sudah dewasa! Akhirnya khusus untuk anak laki-laki, kita abai. Padahal mereka adalah target pebisnis narkoba dan pornografi!
Orang tua sudah harus mempersiapkan anak pelan-pelan dengan penjelasan yang sederhana apa yang akan dihadapi anak pada masa pubertasnya sejak di atas usia 7 tahun. Dari segi ibadahnya, menjaga tubuhnya, berpakaian, pisahkan tempat tidurnya, pergaulan dengan keluarga maupun teman dan sekitarnya dan berbagai adab hidup lainnya. Jangan hanya fokus pada reputasi akademis saja, karena kerusakan otak akibat pornografi tak bisa dilihat dari terganggu atau tidaknya prestasi akademisnya, tapi pada kehidupan emosinya dan spiritualnya!
RESOLUSI 6: Bijaklah Berteknologi
Mengejutkan sekali data yang kami peroleh dari angket yang kami sebarkan di beberapa propinsi sejak pertengahan tahun 2017 ini, bahwa kecenderungan orang tua memberikan gadget dan internet semakin diberikan di usia anak yang semakin muda. Ada beberapa kota dan kabupaten tertentu yang persentase pemberian gadget pada anak BATITA DAN BALITA lebih tinggi dari pada anak SD!
Kami khawatir hal ini terjadi karena orang tua benar-benar LATAH, memberikan gadget pada anak karena anak orang lain punya. Tapi lebih menyedihkan lagi kalau pemeberian itu karena orang tua NGGAK MAU REPOT ngurus anak yang ‘lasak/aktif dan menangis/rewel atau yang lebih parah karena mereka tidak mau terganggu dalam membaca dan membalas pesan-pesan teman dari berbagai grup chat yang dia miliki.
Andai saja para orang tua ini tahu akibatnya bagi otak anak itu, gangguan pada mata, jemari, tulang belakang, perilakunya, dan keberhasilan hidup secara emosional dan spiritual dan betapa repot dan ruginya mereka nantinya, pasti mereka berjuang untuk menunda memberikan perangkat canggih itu pada anak anaknya.
Kendali ini letaknya pada ayah. Berilah anak perangkat teknologi sesuai dengan para penciptanya memberikan pada anak-anak mereka 12- 13 tahun. Dan mulai dengan perangkat yang sederhana fungsinya. Pemberian perangkat canggih ini tidak bisa tidak, harus dengan penjelasan akan fungsi dan bahayanya, aturan yang harus dibahas dan disepakati bersama dan merumuskan konsekuensinya bila di langgar. Itu saja juga tidak cukup, tapi harus disempurnakan dengan pendampingan, dialog dan diskusi dan pembuatan peraturan berikutnya sesuai dengan meningkatnya usia. Ayah ibu harus menjelaskan pada anak bahaya pornografi, kriminalitas, berbagai jenis narkoba dan kemungkinan kejahatan melalui perangkat tersebut dan bagaimana menghindarinya dengan cara melakukan “bermain peran” atau Role Play.
Menyedihkan sekali menemukan fakta dari kegiatan kami, anak-anak yang diberikan HP pada usia muda, ternyata mengakses pornografi mulai jam 10 malam sampai dini hari…
Sekali lagi ayah bunda, anak Anda generasi Y, Z dan generasi Alpha (lahir diatas 2010!), tantangannya luar bisa.
Selamat berjuang, tawakkal, selalu minta petunjuk Allah dan perlindungannya serta selalu balut semua usaha dengan doa yang tiada putus.
Insha Allah!
(*/arrahmah.com)