BANDUNG (Arrahmah.com) – Belasan orang yang merupakan perwakilan dari beberapa ormas Islam mengunjungi kantor Republika Jawa Barat yang beralamat di jl. Mangga no 37 Bandung, Rabu (27/11/2013).
Pada pertemuan itu ada satu ungkapan yang kontan membuat para peserta audensi tersenyum kecut mendengarnya. Isitilah yang disampaikan salah satu DKM Al-Furqan Cimahi bahwa Republika jangan seperti “Jual onta cap babi, tapi jual onta cap onta.”
Ini untuk menjelaskan Republika harus menjadi media patner bagi umat Islam jangan takut kehilangan oplah dengan harus memberitakan sesuatu yang buruk, yang halal masih banyak dan lebih berkah.
Dalam laporan Miftah/Radio Fajri 1458 Am Bandung, sejumlah perwakilan langsung diterima dan disambut dengan hangat oleh Kepala Perwakilan Republika Jawa Barat Rachmat Santosa Basarah di ruangan rapatnya.
Al-Ustadz Muhammad Roin Nurbalad sekjen DDI Jabar, ketua rombongan ini mengawali audensi, dengan mengingatkan cikal bakal lahirnya media cetak Republika diawali atas dasar semangat umat Islam dan ini menjadi suatu kebanggaan bagi umat Islam. Namun, kata ustadz Roin, beberapa dekade berikutnya terlihat gejolak yang berbeda dalam tubuh Republika. Seperti tidak imbangnya pemberitaan yang terjadi dilapangan terutama berkaitan dengan hal-hal prinsip bagi umat Islam, diantaranya adalah isu-isu tentang ajaran sesat seperti Ahmadiyah dan Syiah. Hal itu sudah di fatwakan kesesatannya oleh Majelis Ulama Indonesia, seakan-akan tidak pernah diberitakan oleh Republika.
Sementara al-Ustadz Abdul Hadi dari FUUI mengatakan, bahwa Republika hari ini sedang “sakit” dan harus diobati. Dengan mengangkat pemberitaan acara Asyuro yang dihadiri oleh Gubernur Jabar tersebut benar-benar telah melukai hati para ulama dan umat Islam secara keseluruhan. Dengan munculnya berita tersebut seakan-akan Syiah sebagai gerakan terlarang menjadi salah satu bagian dari umat Islam, padahal kata beliau Syiah adalah musuh umat Islam dan yang akan mengancam keutuhan NKRI. Inilah indikasi sakitnya Republika yang katanya sebagai corong umat Islam, tetapi malah memberitakan keberadaan dan eksistensi Musuh Islam tersebut.
Senada dengan hal itu al-ustadz Agung Ketua FPI Jabar juga mengharapkan pemberitaan selama ini tentang FPI harus bersikap objektif, jangan sampai FPI diberitakan sebagai ormas anarkis saja sedangkan kegiatan FPI lainnya yang bersifat sosial seperti pembangunan Masjid Rumah Sakit di Palestina dan yang lainnya jarang diberitakan.
Tuan rumah, Rachmat Santosa, pada kesempatan itu sekali lagi meminta maaf, serta menyadari berita tentang Gubernur Aher menghadiri acara Syiah Asyuro adalah salah. Dia mengatakan berita yang masuk adalah busuk sampai dikeluarkannya pun tetap busuk, dan ini pun menjadi peringatan bagi wartawan yang menaikan berita seperti itu.
Ormas Islam perwakilan Jawa Barat yang melakukan silaturahim dan audensi ke kantor Republika perwakilan Jabar adalah Dewan Dakwah Indonesia Jabar, FUUI (Forum Ulama Umat Indonesia), FPI (Front Pembela Islam), Al-Irsyad, HASMI (Harakah Sunnyah Untuk Masyarakat Islami), Pemuda Persis, KODAS (Komunitas Dakwah dan Sosial), GARIS (Gerakan Islam Reformis), dan beberpa elemen umat islam lainnya seperti DKM al-Furqan Cimahi. (azm/arrahmah.com)