BANGUI (Arrahmah.com) – Seorang mantan jenderal dari kelompok seleka telah memperingatkan bahwa Republik Afrika Tengah mungkin perlahan-lahan akan menjadi Rwanda baru.
Abdulkader Khalil menyatakan keraguannya terhadap kemampuan pasukan penjaga perdamaian internasional untuk mengakhiri kekerasan dan memulihkan stabilitas di negara yang dilanda perang tersebut.
Ia menuduh pasukan Prancis dan Afrika gagal untuk melindungi warga Muslim di ibukota Bangui.
“Bagaimana mereka akan melindungi kota Bria jika mereka tidak bisa melindungi Bangui?” kata Khalil dalam sebuah wawancara dengan Anadolu Agency, Senin (14/4/2014).
Jumat lalu (11/4), sejumlah orang memprotes kehadiran pasukan Perancis di Bria, 500 kilometer sebelah utara Bangui.
Pasukan Perancis menggunakan gas air mata untuk membubarkan para pengunjuk rasa, menurut reporter Anadolu Agency.
“Muslim dan Kristen menginginkan perdamaian dan pasukan internasional terbukti lemah di depan anti-Balaka ” katanya, mengacu pada milisi Kristen terkenal.
Dia mengatakan, sedikitnya 2.000 rumah dan 75 masjid telah dihancurkan di Republik Afrika Tengah dalam beberapa bulan terakhir.
“Apa yang organisasi internasional lakukan untuk mencegah hal ini?” Tanya Khalil. “Apa yang tentara Afrika lakukan? Apa yang tentara Perancis lakukan?”
Mantan jenderal seleka tersebut memperingatkan bahwa negara itu mungkin perlahan-lahan akan menjadi Rwanda baru.
Antara April dan Juli 1994, ekstremis Hutu Rwanda mengadakan kampanye terorganisir yang bertujuan memusnahkan minoritas Tutsi. Human Rights Watch menjelaskan genosida Rwanda sebagai salah satu episode paling mengerikan dari kekerasan etnis dalam sejarah dunia baru-baru ini.”
(ameera/arrahmah.com)