SALMA (Arrahmah.com) – Senin (12/8/2013), Tim Medis Rumah Sakit Lapangan (RSL) Salma membantu kelahiran seorang tawanan perang, wanita Syiah Nushairiyah, atas permintaan dari para pejuang Suriah. Lahir dari wanita itu seorang bayi laki-laki. Kepala RSL Salma Dokter Rami Habib memberi nama anak ini: Umar.
Setelah itu Dokter Rami menjelaskan kepada keluarga tawanan perang Syiah Nushairiyah itu. “Inilah akhlak pejuang Islam kepada para tawanannya khususnya kepada para wanita, anak-anak dan orang tua. Mereka senantiasa menjaga dan memberikan jaminan keamanan. Di samping itu mereka juga diberikan pelayanan yang sama dengan penduduk yang lainnya, inilah fakta yang sering dikaburkan oleh banyak media sekuler dan kafir yang senantiasa memberikan citra buruk terhadap para pejuang Islam,” tegasnya.
Dokter Rami menjelaskan akhlak para pejuang yang menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, tidak brutal seperti orang-orang Syiah Nushairiyah.
Sebelumnya dalam perang besar pada 27 Ramadhan 1434 H (Ahad, 11 Agustus 2013), sebagian besar lelaki warga desa tersebut melarikan diri meninggalkan anak-anak dan istri mereka. Oleh para pejuang, anak-anak dan para wanita tersebut diamankan dalam sebuah gedung.
Hanya berselang 30 menit setelah itu, tentara Basyar Asad menghantam gedung tersebut dengan roket. Seluruh anak-anak dan wanita, termasuk dua pejuang yang berada di gedung tersebut meninggal dunia. Akankah besok akan muncul berita dari pihak pemerintah Suriah, bahwa pejuang membunuh seluruh wanita dan anak-anak yang mereka tawan?
Semenjak dikuasainya daerah Istarbah oleh para pejuang, banyak tawanan orang tua, wanita dan anak-anak yang dipelihara dan dijamin keamanannya. Inilah perbedaan yang sangat nampak antara kaum Muslimin dan tentara rezim Syiah Nushairiyah. Para pejuang menjaga adab-adab jihad yang diwasiatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam agar tidak membunuh para manula (manusia lanjut usia), wanita dan anak-anak.
Sementara tentara rezim setiap memasuki desa dan kota mereka senantiasa membombardir dan membantai semua warga, tidak pandang bulu apakah mereka manula atau wanita atau anak-anak, bahkan mereka membantai anak-anak, menyembelih dengan cara-cara yang sadis. Para wanita juga tidak luput dari kebengisan dan kekejaman mereka. Setelah diperkosa lalu dibakar hidup-hidup, demikian dituturkan oleh salah satu saksi mata hidup kepada Tim 8 Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI).
Abu Harits (Tim 8 HASI untuk Suriah)
(samirmusa/arrahmah.com)