BANDA ACEH (Arrahmah.id) – Sineas asal Aceh Davi Abdullah mengkritik rencana Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon membangun bioskop di provinsi Serambi Mekah.
Davi berkata pandangan Fadli Zon soal Aceh dan bioskop menunjukkan ketidakpahaman terhadap budaya Aceh dan tren budaya digital yang sedang berjala saat ini.
“Menteri Kebudayaan sepertinya tidak mengikuti perkembangan zaman. Kini kita hidup di era digital di mana orang lebih memilih menonton film melalui platform OTT (Over-The-Top) di rumah mereka, bukan lagi bergantung pada bioskop tradisional,” kata Davi, Selasa (14/1).
Davi mengingatkan Fadli Zon bahwa pandangan Aceh soal bioskop tak lepas dari prinsip syariat Islam yang dianggap penting oleh masyarakat.
Lebih dari itu, kata dia, budaya Aceh soal hiburan tontonan tak sebatas pelarangan bangunan bioskop. Jika hanya soal biskop, dia menyebut Menteri Fadli Zon berpandangan mundur.
Menurutnya, dunia hiburan kini telah memasuki era baru yang sangat dipengaruhi oleh teknologi, dengan kemudahan mengakses film dan tayangan lainnya dari berbagai platform streaming.
Orang-orang saat ini sudah berlomba-lomba menikmati hiburan melalui home cinema dan layanan streaming digital. Ini adalah perubahan besar mengonsumsi film dan hiburan secara umum dan mendunia.
“Tentang bioskop dan syariat Islam memang penting, tetapi kita tidak bisa menafikan kenyataan bahwa cara orang menonton film sekarang jauh lebih fleksibel. Banyak penonton kini memilih untuk menikmati film melalui platform digital,” katanya.
Davi berharap di masa depan kebijakan terkait perfilman dan budaya bisa lebih terbuka terhadap perkembangan teknologi dan lebih mengakomodasi kebiasaan masyarakat yang sudah beralih ke platform digital.
Selain itu, ia berharap Menteri kebudayaan juga lebih berpandangan luas untuk pemajuan kebudayaan Aceh.
Davi menjelaskan kebudayaan Aceh bergerak ke arah mempertahankan nilai-nilai tradisional yang kaya, sambil mengadaptasi unsur-unsur modern dan global serta berusaha menguatkan identitas melalui pemeliharaan warisan budaya, pelestarian seni dan tradisi, serta pemanfaatan kebudayaan dalam pembangunan sosial dan ekonomi.
“Industri film harus bergerak seiring dengan perkembangan teknologi dan kebiasaan digital. Ini adalah kesempatan untuk mengembangkan industri film Indonesia agar semakin berkembang di kancah global,” pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon berencana menghadirkan bioskop di Aceh untuk mewadahi karya anak bangsa agar bisa dinikmati oleh masyarakat. Aceh hingga hari ini belum memiliki satupun bioskop.
Namun ia juga meminta agar aturan di Aceh harus diubah sedikit agar proses pembangunan bioskop tersebut bisa terlaksana tanpa melanggar aturan yang berlaku.
“Kita akan bikin bioskop, mungkin aturannya harus diubah lah dikit. Karena penting bioskop ini, karena ini hanya medium sebagai bentuk ekspresi budaya,” kata Fadli Zon saat memberikan kuliah umum di Aula Utama Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh di Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Senin (13/1).
Menurutnya kehadiran bioskop, khususnya di negara-negara yang mayoritas penganut agama islam di dunia juga sudah mulai berkembang. Ia mencontohkan seperti Arab Saudi hingga Qatar.
“Menurut saya perlu ada tempat untuk menjadi kantong (untuk ekspresi karya), bioskop di Aceh perlu ada, karena ya seluruh dunia juga ada bahkan di negara islam,” ucapnya.
(ameera/arrahmah.id)