TEPI BARAT (Arrahmah.id) — Tentara Israel membunuh seorang remaja Palestina-Amerika Serikat (AS) dan melukai dua lainnya di Tepi Barat yang diduduki pada Ahad (6/4/2025) malam, menurut pejabat Palestina.
Gubernur Ramallah Laila Ghannam mengatakan, seperti dilansir CNN (7/4), bocah Palestina-AS berusia 14 tahun itu ditembak mati oleh pasukan Israel di desa Turmusaya. Dua bocah Palestina-AS lainnya, berusia 14 dan 15 tahun, terluka dalam insiden itu.
Militer Israel mengatakan tentaranya melepaskan tembakan selama operasi kontraterorisme di Turmusaya ketika mereka melihat tiga “teroris yang melemparkan batu ke arah jalan raya, sehingga membahayakan warga sipil yang mengemudi.”
Tentara itu menewaskan satu orang dan menembak dua lainnya, kata militer.
Militer membagikan video buram yang konon menunjukkan insiden itu, yang memperlihatkan tiga sosok. Di akhir klip pendek tersebut, salah satu sosok tampak melemparkan sebuah benda. Militer Israel mengatakan akan terus beroperasi di Tepi Barat “untuk melindungi penduduk di daerah tersebut.”
Menurut Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina, anak-anak yang terluka ditembak di bagian perut.
Seorang anak laki-laki yang terluka parah dan seorang lainnya dengan luka ringan dibawa ke rumah sakit di Ramallah, kata Kementerian Kesehatan Otoritas Palestina.
Pembunuhan seorang remaja Palestina-AS terjadi beberapa jam sebelum Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendarat di AS untuk bertemu Presiden Donald Trump. Pada hari Senin, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi kematian seorang warga negara AS di Tepi Barat, menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan mencatat kematian tersebut “terjadi selama operasi kontra-terorisme” dan bahwa militer Israel sedang menyelidikinya.
“Demi menghormati privasi keluarga selama masa sulit ini, kami tidak memiliki komentar lebih lanjut saat ini,” kata juru bicara tersebut.
Pembunuhan atau penahanan warga negara AS di wilayah Palestina yang diduduki oleh Israel dan kekhawatiran tentang kurangnya akuntabilitas sudah terjadi sejak bertahun-tahun lalu.
Pada tahun 2003, aktivis Amerika Rachel Corrie (23) tertimpa buldoser tentara Israel saat mencoba menghalangi buldoser tersebut menghancurkan rumah-rumah warga Palestina di Gaza. Sembilan tahun kemudian, pengadilan sipil Israel memutuskan kematiannya sebagai kecelakaan.
Pada musim semi tahun 2022, jurnalis Palestina AS terkemuka Shireen Abu Akleh tewas saat meliput berita di Tepi Barat. Pada bulan November itu, Menteri Pertahanan Benny Gantz menegaskan bahwa Israel tidak akan bekerja sama dengan penyelidikan AS atas kematiannya. Investigasi CNN menunjukkan bahwa Abu Akleh ditembak mati dalam serangan yang ditargetkan oleh pasukan Israel, meskipun mengenakan rompi bertuliskan “Press.”
Pada bulan Februari tahun lalu, warga negara AS kelahiran Florida Mohammed Khdour (17) tewas oleh pasukan Israel yang menembak kepalanya saat ia berada di dalam mobilnya. Remaja itu sedang mengendarai mobil saat istirahat belajar, menikmati wafel cokelat, dan berpose untuk Instagram.
Tiga minggu sebelum kematian Khdour, Tawfic Abdel Jabbar, seorang warga AS-Palestina berusia 17 tahun yang tumbuh di Louisiana, juga ditembak di kepala oleh orang-orang bersenjata Israel. IDF memberi tahu CNN bahwa mereka menerima laporan bahwa seorang polisi yang sedang tidak bertugas dan seorang warga sipil Israel menembak seorang warga Palestina yang “diduga melempar batu” – yang dibantah keras oleh keluarganya – dan bahwa Polisi Israel sedang menyelidiki penembakan tersebut.
Operasi militer Israel di Tepi Barat yang diduduki telah meningkat sejak akhir Januari menyusul peluncuran kampanye militer yang diperluas di sana segera setelah gencatan senjata Gaza dimulai. Sejak itu, sekitar 40.000 warga Palestina telah mengungsi dari rumah mereka. (hanoum/arrahmah.id)