SANA’A (Arrahmah.id) – Seorang pekerja bantuan Yaman yang diculik lima tahun lalu, meninggal saat ditahan oleh milisi yang didukung Iran, sebuah kelompok hak asasi lokal mengatakan pada Rabu (13/7/2022).
Ishraq Al-Maqtari, juru bicara Komite Nasional untuk Dugaan Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Yaman, mengatakan kepada Arab News bahwa Houtsi menelepon istri Yasser Mohammed Al-Junaid (45), yang hilang pada 2017 di kota Laut Merah, Khokha, untuk menyuruhnya pergi ke Sana’a untuk mengambil jenazah suaminya.
Al-Junaid, yang mengajar bahasa Inggris dan bekerja dengan organisasi bantuan lokal, diculik dari sebuah jalan di Khokha ketika berada di bawah kendali Houtsi dan dibawa ke pusat penahanan di kota Zabid di Hodeidah, kata Ishraq.
Ketika Houtsi membantah menculik Al-Junaid atau mengetahui keberadaannya, istrinya melaporkan kejadian itu kepada kelompok hak asasi lokal, termasuk komite nasional.
“Saya mendengarkan istrinya setahun yang lalu,” kata Ishraq. “Dia menangis dan menuntut lokasi suaminya diungkapkan dan para pelaku diadili.”
Aktivis Yaman menuntut jenazah Al-Junaid dibawa ke dokter forensik untuk menentukan penyebab kematiannya. Mereka percaya dia mengalami penyiksaan yang sama yang diderita oleh puluhan tahanan lain yang meninggal di dalam penjara Houtsi.
Sejak milisi merebut kekuasaan pada tahun 2014, ribuan warga Yaman, termasuk jurnalis, politisi, petugas keamanan dan militer, serta anggota masyarakat telah dipenjara.
Komite nasional percaya bahwa setidaknya 300 orang Yaman telah menjadi korban penghilangan paksa oleh Houtsi dan keluarga mereka tidak tahu apa yang terjadi pada mereka.
“Tuntutan keluarga korban penculikan adalah mengetahui nasib kerabatnya, apakah masih hidup atau sudah meninggal. Bahkan jika kebenaran itu pahit, itu lebih baik daripada hidup dalam harapan palsu,” kata Ishraq.
Organisasinya saat ini sedang mencari dua orang Yaman yang hilang setelah diculik oleh Houtsi pada tahun 2015 selama hari-hari awal ekspansi militer kelompok tersebut di seluruh Yaman.
Shukaib Alam, ayah dari empat anak, diculik di Aden pada Mei 2015 saat dalam perjalanan pulang ke keluarganya setelah berbelanja. Houtsi menuduhnya membawa pasokan untuk para pejuang di kota.
Keluarga Alam diberitahu bahwa dia ditahan di pangkalan militer Al-Anad di Lahj ketika berada di bawah kendali milisi, tetapi tidak ada informasi lebih lanjut tentang dia sejak Houtsi diusir dari pangkalan pada Agustus 2015.
Abdu Saeed Al-Oudaini, juga ayah dari empat anak, hilang pada April 2015 setelah Houtsi menculiknya di Taiz. Keluarganya diberitahu bahwa dia ditahan di pusat penahanan di dalam Kompleks Perumahan Al-Saleh di Taiz, tetapi Houtsi membantah mengetahui keberadaannya. (haninmazaya/arrahmah.id)