JAKARTA (Arrahmah.com) – Fakta kekafiran rezim Bashar Asad semakin banyak terungkap oleh para relawan kemanusiaan dari Indonesia yang telah kembali dari Suriah.
Relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Doddy Cleveland HP menuturkan bahwa rezim Bashar Asad memberlakukan wajib militer (wamil) kepada warganya. “Selama mengikuti wamil, mereka gak boleh sholat tuh selama tiga tahun,” katanya mengutip pernyataan warga Suriah.
Hal ini diungkapkan Doddy kepada beberapa awak media Islam yang tergabung di JITU, termasuk arrahmah.com di Menara 165 Jakarta Selatan, Selasa (2/7/2013).
Sehingga selepas mengikuti wamil, mereka itu juga bertindak sangat kafir kepada Allah lagi kejam. Doddy mengisahkan bahwa ada seorang supir taksi yang mengantar beberapa personel wamil di Suriah, setelah mengantarnya, sang supir dibayar oleh mereka, kemudian sang supir taksi mengucapkan semoga Allah memberkahi. Spontan sang supir digebuki sampai rontok giginya, sembari para wamil mengatakan “Apa itu Allah, ga ada itu Allah,” kisah Doddy.
Fakta oposisi Suriah
Sementara itu, Doddy juga mengatakan bahwa berdasarkan fakta di lapangan oposisi Suriah mendapat dukungan dari rakyatnya. Didapati rumah-rumah warga masyarakat Suriah menjadi markas dari pasukan mujahidin, meski kondisi sosial ekonomi mereka sangat memprihatinkan. “Kasihan rumah-rumah pada hancur,” ujarnya.
Dia juga membenarkan bahwa oposisi beragam. “Oposisi ada beberapa faksi,” ujar pria yang sudah dua kali ke Suriah.
“Ada faksi yang ingin menjatuhkan Assad tapi anti-Amerika, ada juga yang mau menjatuhkan Assad tapi pro-Amerika,” kata direktur Global Humanity Response ini. Artinya ada oposisi mujahidin dan oposisi sekuler.
Namun dari kristalisasi dua kubu oposisi itu, mujahidin mayoritas. Doddy menyebut “Mayoritas oposisi adalah anti-Amerika dan ingin menjatuhkan Assad,” kata pria yang terakhir ke Suriah 19 Maret 2013.
Selanjutnya Doddy juga mengisahkan bahwa daerah-daerah yang dimasuki oleh ACT adalah mayoritas dikuasai oleh mujahidin. Para mujahidin turut membantu menjaga keamana para relawan kemanusiaan dari Indonesia ini. “ACT minta izin kepada komandan mujahidin setempat untuk menyalurkan bantuan, kemudian mereka mengawal kami,” katanya
Adapun ketika memasuki wilayah di Aleppo yang dikuasai rezim Assad, Doddy mengaku pada satu titik dimana dia harus berpindah dari satu gang ke gang yang lain dia harus melakukan sprint, berlari sekencang mungkin untuk menghindari sniper rezim Assad.
Beberapa hari sebelum dirinya tiba di Aleppo tersiar berita ada seorang wartawan Jepang mati tertembak di lokasi ketika berlari menyeberang dari satu gang ke gang yang lain. Padahal saat itu sang wartawan mengenakan topi baja, namun dia tertembak di bagian lehernya.
Doddy mengisahkan dirinya mengaktifkan kameranya ketika berlari dari gang ke gang untuk mendokumentasikan. Dia mempersilahkan kami untuk melihat di YouTube. “Coba lihat di You Tube, ‘berlari di Aleppo’ judulnya.”
(azmuttaqin/arrahmah.com)