GAZA (Arrahmah.com) – Menteri Perumahan dan Pekerjaan Umum Palestina, al-Hasayneh, mengumumkan bahwa rekonstruksi Jalur Gaza telah “mulai dan tidak akan berhenti” sampai semua rumah yang hancur oleh pasukan “Israel” dalam serangan terbaru di Gaza telah dibangun kembali, sebagaimana dilansir oleh Ma’an News Agency, Kamis (23/7/2015).
Al-Hasayneh meletakkan batu bata pertama dari upaya rekonstruksi di rumah keluarga Palestina di al-Shujaiyya, daerah timur Kota Gaza, yang merupakan salah satu wilayah yang terkena dampak terparah dari serangan “Israel.
“Kami di sini, hari ini, di depan rumah keluarga Harara menyatakan memulai rekonstruksi yang sebenarnya dari Jalur Gaza,” kata Menteri Mufid al-Hasayneh.
Rumah keluarga Harara dalah rumah pertama yang akan direkonstruksi di lingkungan itu, di mana sebagian besar warga terpaksa meninggalkan rumah mereka musim panas lalu karena pertempuran sengit antara pejuang Hamas dan pasukan “Israel” yang kemudian dikenal sebagai “Pertempuran Shujaiyya.”
Komisi Penyelidikan PBB melaporkan bulan lalu bahwa pasukan “Israel” melakukan serangan membabi buta terhadap rumah keluarga selama agresi di Shujaiyyah.
“Kami tidak akan meninggalkan tanggung jawab kami dan akan melanjutkan pekerjaan kami sampai semua rumah yang hancur oleh “Israel” dibangun kembali.”
Menteri al-Hasayneh mengatakan bahwa petugas pelayanan rekayasa, teknis dan administrasi bekerja siang dan malam untuk melayani para pemilik rumah yang hancur, dan lain-lain yang terkena dampak.
Al-Hasayneh mengucapkan terima kasih kepada Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Mesir, Yordania, Malaysia serta negara-negara Arab dan Islam atas upaya mereka dalam mendukung Palestina dan rekonstruksi Jalur Gaza.
Sampai sekarang rumah yang diperbaiki hanyalah rumah yang mengalami rusak sebagian, sementara sebanyak 18.000 yang hancur total tetap menjadi reruntuhan.
Blokade berkelanjutan “Israel” terhadap, yang sekarang memasuki tahun kesembilan, telah menjadi penyebab lambatnya rekonstruksi Gaza karena pembatasan yang ketat terhadap bahan bangunan yang memasuki Jalur Gaza.
Kurangnya dukungan internasional untuk wilayah itu juga menjadi faktor yang signifikan yang menyebabkan rekonstruksi mengalami kemacetan.
“Upaya menuju rekonstruksi yang sebenarnya dari Jalur Gaza telah dimulai, dan tidak akan menghentikannya,” kata al-Hasayneh.
“Ke depan, kami akan melihat banyak kemajuan dari rekonstruksi ini dalam beberapa hari mendatang. Kami akan membangun kembali semua rumah yang hancur oleh ‘Israel’,” tambahnya.
Tetapi proses ini diperkirakan bisa membutuhkan watu bertahun-tahun di daerah kantong pantai yang dilanda perang itu, dimana 1,8 juta warganya telah menyaksikan tiga perang dalam enam tahun antara “Israel” dan pejuang Palestina.
Badan pengungsi Palestina UNRWA mengatakan bahwa sejauh ini hanya menerima cukup uang untuk membangun 200 rumah dari 7.000 rumah yang harus dibangun kembali.
Dana yang dijanjikan pada konferensi internasional di Kairo pada bulan Oktober telah lambat tiba, dan blokade “Israel” selama bertahun-tahun masih mencekik Gaza.
“Israel” menguasai dua pertiga penyeberangan barang dan orang ke Gaza, sedangkan Mesir mengontrol sepertiganya.
“Israel” mengatakan bahwa lebih dari 1,1 juta ton bahan bangunan telah diizinkan masuk ke Gaza sejak Oktober melalui penyeberangan barang Kerem Shalom.
Mesir bulan lalu memperbolehkan pasokan semen untuk dibawa melalui perbatasan Rafah.
Para kritikus telah menyerukan agar blokade itu sepenuhnya diangkat untuk mempercepat rekonstruksi, dan memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung bisa menyulut konflik lebih lanjut.
(ameera/arrahmah.com)