Sejumlah stasiun TV Iraq menyiarkan tayangan video saat Saddam Hussein dieksekusi di tiang gantungan. Dalam tayangan, Saddam nampak tenang sebelum menghadapi eksekusi. Selain Televisi Al-Hura, stasiun TV asing yang ikut menyiarkan adalah CNN dan BBC.
Dalam sebuah komentarnya di CNN, Duta Besar Iraq untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Feisal Al-Istrabad, menyambut baik eksekusi terhadap Saddam dan menilai mantan Presiden Iraq dan pendiri Partai Baath itu menyingkirkan sejumlah lawan-lawan politiknya selama dua dasawarsa, sebelum digulingkan pada 2003.
Menlu Inggris, Margaret Beckett mengatakan, negaranya tidak pernah mendukung hukuman mati. Sementara itu, Presiden Afghanistan, Hamid Karzai menilai, eksekusi Saddam adalah kewenangan pemerintah Iraq. Australia, yang juga sekutu Amerika, melalui Menlu Alexander Downer mengatakan, kini, rakyat Iraq bisa tahu bahwa diktator brutal tidak lagi memimpin mereka.
Sebelum ini, Pemimpin Libya, Muammar Gaddafi mengatakan, Saddam Hussein adalah seorang tahanan perang dan harus diadili oleh penyerbu Iraq, yakni Amerika Serikat dan Inggris, katanya Jumat lalu.
“Saddam Hussein adalah seorang tahanan perang … Ia telah digulingkan oleh pasukan asing yang melakukan penyerbuan, bukan oleh tentara Iraq atau rakyat Iraq,” kata Gaddafi.
“Negara yang menangkap dia mesti mengadili dia –Amerika atau Inggris– karena seluruh Iraq berada di bawah pendudukan, termasuk hakim dan pengacara,” kata Gaddafi kepada wartawan di Tripoli.
Namun Gaddafi juga mengatakan Mahkamah Internasional dan Sidang Majelis Umum PBB harus memberi pandangan mengenai kasus tersebut. “Di mana hati nurani (masyarakat) dunia?” Gaddafi mempertanyakan.
Beberapa hari menjelang pelaksanaan eksekusi, beberapa negara sempat mendesak Amerika untuk mencegah hukuman mati. Yaman misalnya, hari Jumat lalu sudah menyeru pihak Amerika Serikat dan pemerintahan Iraq untuk mencegah pelaksanaan hukuman mati mantan Presiden Iraq Saddam Hussein. Menurut Yaman, pelaksanaan hukuman mati terhadap Saddam hanya akan memperburuk kekerasan aliran di negara terkoyak perang itu.
“Pemerintah Yaman mendesak Anda ikut campur untuk mencegah hukuman itu dilaksanakan…karena akan lebih mengarah ke ketegangan dan penderitaan rakyat Iraq,” kata Perdana Menteri Yaman Abdul-Qader Bagammal dalam surat kepada Presiden Amerika Serikat George W Bush.
Sayangnya pemerintahan boneka Iraq hari Jumat menolak saran Washington untuk menggantung Saddam ahir pekan ini. Perdana Menteri Nuri Maliki menyatakan tidak ada “tinjauan atau penundaan” dalam pelaksanaan hukuman itu, sesudah banding Saddam gagal sebelumnya.
Yang jelas, pihak Katolik Vatikan, menilai, eksekusi mati terhadap Saddam adalah kejadian tragis yang akan menimbulkan efek kekerasan baru di Negeri itu.[cha, berbagai sumber]