PRAHA (Arrahmah.com) – Pemimpin Muslim di Republik Ceko telah menyuarakan keprihatinan mendalam atas razia polisi terhadap jamaah sholat Jum’at di lembaga-lembaga Islam di Praha selama akhir pekan lalu. Polisi diperingatkan bahwa razia seperti itu bisa memicu sentimen anti-Muslim di negara Eropa.
“Kami tidak tahu mengapa polisi datang, ” ujar Wahono Yulianto, seorang diplomat Indonesia yang hadir selama razia di masjid, dikutip oleh New York Times pada Selasa (29/4/2014).
Yulianto berada di markas Yayasan Islam, pusat kegiatan masyarakat di Praha, ibukota Ceko, Jumat lalu (25/4) untuk menghadiri shalat berjamaah.
Tiba-tiba, polisi menyerbu pusat kegiatan Islam di pinggiran kota saat shalat Jum’at, menahan 20 orang dan menangkap pria berusia 55 tahun yang dituduh menerbitkan sebuah buku berisi tuduhan propaganda anti-Semit, Xenophobia dan kekerasan.
“Mereka memaksa kami mengangkat tangan kami dan menyuruh kami untuk berbaring di lantai,” katanya.
“Mereka berjalan di dalam masjid dengan mengenakan sepatu mereka dan berteriak,” tambah Yulianto, menyatakan bahwa Kedutaan Besar Republik Indonesia di Praha telah mengajukan keluhan resmi kepada Kementerian Luar Negeri Ceko setelah ia ditahan oleh polisi selama 90 menit.
Polisi mengatakan penerbit buku “The Fundamentals of Tauhid” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Ceko adalah warga negara Republik Ceko berusia 55 tahun.
Penerbit menghadapi tuduhan mempropagandakan pidato kebencian.
Buku ini ditulis oleh Abu Bilal Philips Ameenah, seorang imam kelahiran Jamaika.
Ancaman
Muneeb Hassan Alrawi, kepala Asosiasi Komunitas Muslim Ceko, mengatakan bahwa beberapa eksemplar buku telah disita oleh polisi dalam penyerbuan Jum’at tersebut.
Alrawi, yang mewakili organisasi-organisasi Muslim di Republik Ceko, mengatakan edisi Ceko dari buku “The Fundamentals of Tauhid,” pertama kali diterbitkan asosiasi pada tahun 2012. Buku itu sebetulnya telah ditelaah oleh sekelompok kecil orang namun belum dianalisa secara mendalam.
Selain isu penjaminan kebebasan beragama para Muslim, beberapa analis memperingatkan bahwa serangan tersebut kemungkinan dijadikan penyulut sentimen anti-Muslim di negara itu, tepat pada saat kubu sayap kanan mendapatkan kekuasaan.
Zdenek Vojtisek, seorang ahli ekstremisme agama di Charles University di Praha, menambahkan bahwa tidak ada bukti bahwa populasi kecil Muslim di Republik Ceko telah menjadi radikal.
Republik Ceko, yang memiliki populasi lebih dari 10 juta orang, adalah rumah bagi sekitar 15.000 Muslim.
Pada tahun 2004 , Praha mengakui Islam sebagai agama resmi, memberikan hak-hak ummat Islam pada pijakan yang sama dengan Kristen dan Yahudi. (adibahasan/arrahmah.com)